Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Selain kata yang diakhiri huruf illat, i’rāb muqaddar juga berlaku pada kata yang diidafahkan pada yā’ mutakallim yang bermakna “saya”.
Contoh,
Pada contoh di atas, kata walad pada frasa waladi berposisi sebagai khabar yang mana mubtada’-nya adalah lafaz (هذا). I’rāb-nya rafa’ (الرَّفْعُ). Kata yang menyebabkan i’rāb rafa’ adalah (هذا). Tanda i’rāb-nya adalah damah yang ada secara muqaddar/diperkirakan di akhir kata.
Alasan muqaddar adalah karena kata walad diidafahkan pada yā’ mutakallim yang bermakna “saya”.
Idafah ini membuat huruf terakhir kata walad wajib diharakati kasrah untuk mensenafasi yā’ mutakallim itu. Oleh karena itu, harakat damah sebagai tanda i’rāb rafa’ (الرَّفْعُ) dalam kasus ini terpaksa hanya diperkirakan/muqaddar saja. Tidak muncul jelas di akhir kata.
***
Dengan demikian kata qaul pada frasa qaulī dalam bait ke-16 nazham al-‘Imrīṭī berikut ini i’rāb-nya adalah naṣab (النَّصْبُ) dengan tanda i’rāb fathah yang ada secara muqaddar di akhir kata,
Silakan dinikmati selengkapnya di KANAL MUNTAHA. Atau di sini.