Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Posisi sintaksis itu bisa lebih dari satu.
Misalnya kata i’tiqād dalam bait ke-17 nazham al-‘Imrīṭī ini,
Cukup jelas dalam struktur di atas kata i’tiqād berposisi sebagai muḍāf ilaih. Yakni muḍāf ilaih dengan kata ḥasba (حَسْبَ) sebagai muḍāf.
Hanya saja, kata i’tiqād dalam struktur di atas faktanya juga berposisi sebagai muḍāf dengan ḍamīr hi sesudahnya sebagai muḍāf ilaih.
Jadi ini contoh susunan idafah yang diidafahkan lagi.
Oleh karena itu, saat meng-i’rabi kita katakan:
“Kata i’tiqād berposisi sebagai muḍāf ilaih sekaligus muḍāf. I’rāb-nya jarr (الْجَرُّ) , kata yang menyebabkannya adalah hasba, tanda jarr (الْجَرُّ) adalah kasrah yang tampak di akhir kata ”
Kalau pakai bahasa Arab bisa katakan,
***
Analisis i’rab bait ke 17 lebih detail silakan dinikmati di KANAL MUNTAHA. Atau di sini.
27 November 2023/ 14 Jumādā al-Ūlā 1445 H pukul 12.11