Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Cara pikir kekasih Allah di kalangan Sahabat Nabi ﷺ itu kadang tidak bisa dipahami manusia biasa seperti kita-kita ini.
Kalau terlalu cinta istri, maka ceraikan saja!
Soalnya khawatir bisa menghalangi ketaatan kepada Allah.
Tapi kalau cerai malah menimbulkan penderitaan luar biasa, ya sudah balik lagi!
Sesimpel itu dalam menyikapi persoalan dunia.
Tidak terlalu didramatisasi.
***
Abū Bakr punya putra bernama Abdullah.
Abdullāh ini menikah dengan seorang wanita yang bernama ‘Ātikah (عاتكة). Wanita ini digambarkan Ibnu ‘Abdil Barr dalam al-Istī‘āb sebagai wanita yang cantik jelita. Sudah begitu akhlaknya menawan lagi.
Punya istri seideal ini membuat Abdullah jatuh cinta “setengah mati”.
Seakan-akan setiap hari lengket terus dan tidak mau lepas dari istrinya.
Hingga jihadnya jadi keteteran.
Akhirnya Abu Bakar memerintahkannya untuk mencerainya!
***
Tentu saja Abdullah menolak.
Lalu Abu Bakar bersikeras sampai akhirnya Abdullah tidak kuasa lagi melawan ayahnya dan akhirnya memutuskan untuk menceraikannya.
Tapi dampaknya sungguh tidak ringan.
Abdullah jadi seperti linglung karena dipisahkan dengan wanita yang sangat dicintainya.
Tidak bisa dia melupakannya karena terlalu banyak kenangan indah bersamanya.
Sampai-sampai Abdullah menggubah puisi untuk menggambarkan penderitaan hatinya dan bagaimana cintanya kepada mantan istrinya itu. Dia mengatakan tidak akan pernah bertemu lagi wanita seperti ‘Ātikah itu seumur hidupnya.
Akhirnya Abu Bakar menjadi iba dan memerintahkan untuk rujuk dengan istrinya!
Ibnu ‘Abdil Barr menulis keputusan Abu Bakar itu dengan redaksi sebagai berikut,
Artinya,
“Maka ayahnya (yakni Abu Bakar) menjadi iba kepadanya (yakni Abdullah). Akhirnya beliau memerintahkan kepadanya untuk merujuk istrinya hingga keduanya pun bersatu kembali.” (al-Isti’āb juz 4 hlm 1877)
29 Januari 2024/ 18 Rajab 1445 H pukul 13.28