Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Di antara nikmat besar Allah adalah diberi ilham dulu sebelum ilmu.
Misalnya engkau bekerja keras untuk melenyapkan sifat ujub pada dirimu.
Lalu engkau mengerahkan segenap pengetahuan yang engkau ketahui terkait doa-doa Nabi ﷺ.
Lalu tiba-tiba tercampakkan kuat pada hatimu bahwa doa yang paling relevan dalam ikhtiar melenyapkan ujub adalah petikan doa Nabi ﷺ yang meminta perlindungan kepada Allah dari keburukan jiwamu. Lantas meluncurlah melalui lisanmu doa seperti ini,
Artinya,
“Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari keburukan jiwaku.”
Doa ini selalu kau ulang-ulang setiap godaan ujub itu datang.
***
Selang beberapa waktu kemudian (bahkan beberapa kasus mungkin setelah bertahun-tahun kemudian) seakan-akan Allah ingin menunjukkan bahwa amalmu adalah jalan hidup hamba-Nya yang saleh yang berada di atas al-ṣirāṭ al-mustaqīm.
Seakan-akan ada pesan implisit,
“Lanjutkanlah. Konsistenlah. Istiqamah-lah. Sesungguhnya engkau sudah berada pada jalan yang benar!”
Engkau dengan sebuah cara diberi ilmu bahwa doa demikian memang bacaan sebagian hamba-Nya yang saleh.
Di antaranya adalah amalan Umar bin Abdul Aziz.
Diriwayatkan, jika beliau sedang berceramah lalu khawatir ujub, maka beliau akan menyetop ceramahnya.
Jika beliau menulis tulisan dan khawatir ujub, maka beliau akan merobek kertasnya.
Doa beliau saat mengusir ujub “Allāhumma innī a’ūẓu bika min syarri nafsī”.
Abū al-Laits al-Samarqandī menulis,
Artinya,
“Dikisahkan dari Umar bin Abdul Aziz radhiallahu ta’ala anhu bahwasanya beliau jika berkhotbah kemudian khawatir ujub maka beliau akan menghentikan khotbahnya dan jika beliau menulis surat lalu khawatir ujub maka beliau akan merobek suratnya dan beliau berdoa, ‘Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari keburukan diriku.’” (Tanbīh al-Gāfilīn hlm 485)
22 Mei 2024 / 14 Dzulqa’dah 1445 pada 19.50