Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Kata Abdullah bin Amr, barang siapa punya istri dan punya tempat tinggal, maka dia sudah layak disebut KAYA.
Jika sampai punya pembantu, maka dia sudah seperti RAJA.
***
Orang miskin di kalangan Sahabat Muhajirin dulu tidak berani menikah. Sebab, jangankan menafkahi orang lain, menafkahi diri sendiri saja kesulitan. Dia juga tidak punya tempat tinggal, jadi kemampuannya hanya menumpang.
Muslim meriwayatkan,
Artinya,
“Abu Abdurrahman Al Hubali berkata: Aku mendengar Abdullah bin Amru bin Al Ash ditanya seorang lelaki, ia menjawab: Bukankah kita orang-orang fakir kaum muhajirin? Abdullah bertanya padanya: Apa kau punya istri yang kaudatangi tiap pulang? Ia menjawab: Ya. Abdullah bertanya: Apa kau punya tempat tinggal yang kau tempati? Ia menjawab: Ya. Abdullah berkata: Kau termasuk orang kaya. Ia berkata: Aku punya seorang pelayan. Abdullah berkata: Kau termasuk raja.” (H.R. Muslim)
***
CATATAN
Orang punya istri dan tempat tinggal dalam pembahasan fikih bisa saja tetap masuk definisi fakir atau miskin, bahkan lebih menderita daripada yang bujang.
Makna ucapan Abdullah bin ‘Amr adalah ingin mengajak bersyukur kepada orang yang sudah punya istri dan tempat tinggal dengan cara mengingat kondisi kefakiran berat kaum muhajirin generasi awal di kalangan Ahlus Suffah. Sebab fakir sejati yang cobaannya lebih berat adalah orang-orang yang level keuangannya seperti mereka yang tidak punya istri dan tempat tinggal.
01 Juli 2024 / 24 Dzulhijjah 1445 pada 10.14