Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Hidayah dan petunjuk itu juga soal kelayakan.
Walaupun yang mendoakan adalah hamba Allah yang sangat dekat kepada-Nya, jika seorang hamba tidak layak mendapatkan anugerah agung itu, maka nur petunjuk juga tidak akan menembus hatinya yang terlalu gelap.
Bukankah setiap kali Rasulullah ﷺ mengimami salat berjamaah, beliau juga mendoakan makmum beliau dalam bacaan,
Mungkin sudah puluhan atau ratusan kali orang-orang munafik ikut salat di belakang Rasulullah ﷺ, tapi tidak satu pun di antara mereka yang hatinya ditembusi nur huda.
Yang demikian karena kualifikasi mereka sendiri yang tidak layak untuk mendapatkan karunia seagung hidayah.
Karena itu pulalah ketika diriwayatkan Rasulullah ﷺ mendoakan dua Umar untuk diberi petunjuk masuk Islam, yang diterima Allah hanyalah doa untuk Umar bin al-Khattāb. Adapun Umar yang lain, yakni Abū Jahal, karena wadahnya tidak layak menerima nur hudā, maka sampai mati dia tetap dalam kekafirannya.
Memantaskan diri agar layak mendapatkan hudā adalah perjuangan tersendiri.
09 September 2024 / 5 Rabiul Awal 1446 pada 16.01