Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Dermawan itu harus karena Allah dan pelit pun juga harus karena Allah.
Apa ada “pelit” karena Allah?
Iya ada.
Yakni saat ada “proposal” minta harta tapi dibuat pasang judi togel misalnya.
Atau dipakai tuk mengangsur cicilan utang riba.
Atau dipakai mabuk-mabukan.
Atau dipakai pesan perempuan pelacur.
Atau sumbangan untuk membiayai acara syirik.
Atau dipakai beli-beli barang dengan niat pamer. Niat flexing.
Atau dibuat berfoya-foya.
***
Bahkan, hamba saleh selevel Abu Bakar sudah cukup mendapat alasan untuk marah kepada istrinya saat sang istri meminta melebihi nafkah wajib yang sudah beliau sediakan. Padahal beliau kaya dan sangat mampu untuk “memanjakan” istrinya. Seakan-akan beliau ingin memastikan bahwa harta yang beliau miliki itu harus dibelanjakan dan berputar antara dua hal saja, yakni melaksanakan kewajiban atau melaksanakan hal sunah/mandub. Hal mubah pun seolah beliau “mengharamkan” diri melakukannya, atau minimal sangat ketat dalam menikmatinya. Muslim meriwayatkan,
Artinya,
“Wahai Rasulullah ﷺ, andai saja engkau melihat (Ḥabībah) binti Kharijah memintaku nafkah lalu aku berdiri menghampirinya kemudian aku tampar lehernya’. Maka Rasulullah ﷺ tertawa.” (H.R. Muslim)
***
Dermawan karena Allah.
“pelit” juga karena Allah.
Itu adalah bagian dari ciri mukmin sejati.
Demikian penjelasan Ibnu Rajab al-Hanbali,
Artinya,
“(termasuk makna iman sejati adalah) memberi karena Allah dan menolak memberi karena Allah”
16 September 2024 / 12 Rabiul Awal 1446 pada 13.01