Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Orang beramal di dunia itu yang terpenting adalah mengerti perannya sebagai apa.
Terimalah posisi tersebut dan tekunlah menjalaninya sampai hari bertemu Allah.
Jangan berambisi amal yang tidak dimudahkan Allah yang justru menyia-nyiakan potensi dan amal yang jelas dimudahkan oleh Allah.
Seperti dalam catur.
Jika posisi Anda menjadi raja/king, maka bersikap tenang saja di awal-awal, amankan diri dengan baik dan masuklah dalam pertempuran terakhir saat semua perwira dan tentara hampir habis.
Jangan keburu keluar dengan alasan bersikap kesatria yang justru akan cepat membuat diri tewas!
***
Suatu hari imam Mālik diajak beramal seperti amal sufi dan ahli ibadah oleh ‘Abdullāh al’Umarī.
Beliau menolak, karena amal yang dimudahkan kepada beliau adalah amal menjadi ulama yang waktunya habis untuk belajar dan mengajar.
Andai saran ‘Abdullāh al’Umarī dituruti, maka justru Imam Malik bisa binasa dan membinasakan.
Binasa karena menyia-nyiakan nikmat Allah dimudahkan faham ilmu hingga menjadi mujtahid mutlak.
Membinasakan karena membuat umat menjadi bodoh dan disesatkan.
Adz-Dzahabi menulis,
Artinya:
“Sesungguhnya Abdullah Al Umari, seorang ahli ibadah, menulis surat kepada Malik untuk memotivasinya supaya beruzlah dan beribadah. Malik membalas suratnya, ‘Sesungguhnya Allah membagi-bagi amal sebagaimana membagi-bagi rezeki. Kadang seorang lelaki dimudahkan untuk salat dan tidak dimudahkan untuk puasa, yang lainnya dimudahkan untuk sedekah dan tidak dimudahkan untuk puasa, yang lainnya dimudahkan untuk jihad. Menyebarkan ilmu termasuk amal yang paling utama dan aku sudah rida dengan apa yang dimudahkan untukku. Saya juga tidak menduga bahwa amalku ini lebih rendah daripada amalmu. Saya berharap supaya kita berdua berada dalam kebaikan dan keshalihan.”
***
Kullun muyassarun limā khuliqa lahū.
18 Februari 2024/ 8 Sya’ban 1445 H pukul 05.11