Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin)
Pesona orang berilmu itu dalam batas tertentu sama dengan pesona orang berharta.”
Seorang wanita bisa kagum kepada lelaki berilmu (atau sebaliknya) sebagaimana dia kagum dan jatuh hati kepada lelaki yang berharta.
Tapi justru itulah letak bahayanya.
Orang berilmu bisa menggunakan ilmunya untuk melayaninya berbuat kemungkaran (dalam balutan istilah/jargon syar’i) sebagaimana orang berharta kuasa menggunakan hartanya untuk melayaninya memuaskan hawa nafsu.
Orang berilmu juga bisa menyombongkan ilmunya untuk merendahkan orang lain sebagaimana orang kaya bisa menggunakan hartanya untuk menyombongkan kekayaannya dan menghina yang miskin papa.
Orang berilmu juga bisa semata-mata menikmati prestise ketinggian ilmunya tanpa peduli apakah sudah memberikan hak-hak ilmu untuk diamalkan, sebagaimana orang berharta juga bisa hanya menikmati kekayaannya tanpa peduli memberikan hak-hak hartanya untuk diinfakkan.
Benarlah Wahb bin Munabbih yang konon mengatakan bahwa ilmu itu bisa membuat orang melampaui batas sebagaimana harta juga bisa membuat orang melampaui batas. Abū Nu’aim al-Aṣbahānī meriwayatkan,
Artinya,
“Dari Wahb beliau berkata, ‘Sesungguhnya ilmu itu bisa membuat melampaui batas sebagaimana harta juga bisa membuat melampaui batas’.” (Ḥilyatu al-Auliyā’ juz 4 hlm 55)
1 Jumādā al-Ūlā 1443 H/ 6 Desember 2021 jam 09.28