Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Di antara keajaiban salat adalah menjadi obat yang sangat mujarab untuk menyembuhkan luka hati.
Sebab, masalah apapun yang dialami manusia, saat dia baru berupa tunas, maka salat langsung menghabisi, membasmi dan memberangusnya!
Tidak sampai tumbuh membesar yang membuat manusia menjadi stres, depresi, sampai gangguan jiwa.
Bagaimana tidak?
Seseorang yang mengawali salatnya dengan ucapan “Allāhu Akbar!”, maka bermakna dia memperbarui kesadaran bahwa sebenarnya masalah dunia apapun itu pada hakikatnya semuanya kecil.
Semuanya kecil dan remeh.
Yang besar di hati hanya Allah.
Kecil, karena kehidupan di dunia seberat apapun, sifatnya hanya sementara. Ada lagi kehidupan setelah mati yang lebih besar karena sifatnya kekal, yakni akhirat.
Remeh, karena kejadian apapun di dunia sehebat dan sedahsyat apapun, semuanya tidak ada yang langgeng. Pasti berubah dan berganti juga suatu waktu.
Ibarat hujan, selebat-lebatnya ia turun, tetap ada waktu di mana akan reda juga, bahkan mungkin berganti pelangi. Seindah-indah apapun suasana matahari terbit, pada satu waktu akan berganti juga dengan siang terik panas yang menyiksa, lalu berganti lagi dengan malam yang gelap gulita.
Begitulah dunia.
Tidak ada kebahagiaan abadi.
Tidak ada pula kesusahan abadi.
Semuanya selalu berganti-ganti.
Allāhu Akbar! Semua kecil. Yang besar hanya Allah!
Jika orang selalu memperbarui kesadaran hatinya seperti ini, minimal 5 kali dalam sehari, maka tidak ada keraguan lagi bahwa segala tunas-tunas masalahnya tidak akan pernah membesar dan tidak akan pernah menjadi masalah yang berarti dalam hidupnya.
Ia sedih, iya. Tapi tidak akan sampai lebai hingga tertekan dan tidak bisa tidur.
Ia menangis iya. Tapi tangisannya tetap akan wajar dan tidak akan mempengaruhi produktivitas amalnya.
Apapun masalahnya.
Saat terjerat hutang dan merasa sedih dengan utangnya, begitu tiba waktu salat maka Allāhu Akbar! Hanya Allah yang terbesar dalam hidupku. Bukan utangku. Aku yakin Allah pasti akan membantuku karena aku serius ingin membayar utangku dan melepaskan diri dari kezaliman terhadap sesamaku.
Saat diomeli pasangan atau bertengkar hebat, atau disakiti, atau dikhianati, begitu tiba waktu salat, maka Allāhu Akbar! Hanya Allah yang terbesar dalam hidupku. Bukan pasanganku yang hanya sebentar bergaul denganku di dunia ini. Allah memerintahkan aku untuk mencari rida-Nya. Bukan mencari rida makhluk-Nya. Aku tahu, jika Allah melihat kesalihanku maka aku pasti mendapatkan salah satu dari dua kebaikan: pasanganku berubah menjadi baik dan salih. Atau Allah akan menggantikannya dengan yang lebih baik entah di dunia atau di akhirat nanti.
Saat sedih dan sakit hati karena dipoligami, lalu tiba waktu salat, maka Allāhu Akbar! Hanya Allah yang terbesar dan teragung dalam hatiku. Bukan suamiku. Mungkin ini teguran dari Allah kepadaku karena menjadikan cinta kepada suami lebih besar daripada cinta kepada-Nya. Mungkin ini bentuk kasih sayang Allah kepadaku yang ingin menebus dosa-dosaku dengan diberi kesusahan melalui pintu cemburu. Aku yakin, jika Allah tahu aku ingin memperbaiki diri dan bertekad untuk berubah, maka pasti Dia akan menyiapkan takdir-takdir terbaik untukku.
Saat jatuh cinta, tapi tak kesampaian, atau bertepuk sebelah tangan, lalu tiba waktu salat maka Allāhu Akbar! Hanya Allah yang terbesar dan teragung dalam hatiku. Bukan orang yang kucintai tersebut. Belum tentu jika aku bersamanya maka akau akan bahagia, karena bisa jadi Allah menyiapkan ujian berat terkait dengan rahasia dia yang aku belum tahu saat ini. Belum tentu juga hidup bersamanya menjadi kebaikan karena bisa jadi aku malah terseret ke neraka jika menikah dengannya. Aku tahu, cinta hanyalah ujian dari Allah. Supaya aku bisa bersabar, tabah dan menerima takdirnya, lalu yakin bahwa Allah akan mengganti yang lebih baik entah di dunia ini ataupun di akhirat nanti.
Saat kehilangan orang yang dicintai karena wafat, lalu tiba waktu salat maka Allāhu Akbar! Hanya Allah yang teragung dan terbesar dalam hatiku. Semua milik Allah. Sudah pasti akan kembali kepada-Nya. Aku tidak punya hak untuk mengatur hidup dan mati seseorang. Jika Allah memutuskan mengambil nyawa seorang hamba, maka sudah pasti itu keputusan yang terbaik. Aku harus bisa menerima dan yakin bahwa balasan Allah terhadap ketabahan itu luar biasa besar.
Saat tertekan karena disakiti tetangga atau kawan atau kenalan, lalu tiba waktu salat, maka Allāhu Akbar! Hanya Allah yang Maha Besar dan Maha Agung. Tidak ada yang lebih besar dan lebih agung di hatiku selain Dia. Ucapan atau perilaku mereka itu kecil saja. Tidak membuatku berdarah juga. Jika kuanggap tidak ada juga tidak jadi soal. Buat apa aku memikirkan ucapan orang yang juga tidak peduli apakah aku sehat atau sakit? Tidak peduli aku bisa makan atau tidak? Tidak peduli kehilangan aku ataukah tidak? Bahkan juga tidak peduli aku hidup ataukah mati? Paling enak memang sibuk beramal mencari rida Allah. Karena hanya Dia yang akan terus membersamaiku. Di dunia maupun akhirat.
***
Jika setiap datang waktu salat seorang mukmin punya kesadaran seperti itu saat diuji dengan kesusahan, maka tidak ada ceritanya lagi orang beriman depresi, baby blues, apalagi sakit jiwa. Sebab, sebelum masalah dan kesusahan itu membesar, baru sampai level tunas saja maka sudah dibabat habis dengan cara kembali mengingat Allah.
Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati akan menjadi tenang.
Artinya,
“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan selalu tenteram.” (Q.S. al-Ra’du: 28)
CATATAN
Saya menggali masalah-masalah yang membuat orang sampai depresi dalam contoh-contoh di atas dari kasus-kasus riil orang gila. Dari data informasi orang-orang di sekelilingnya, banyak orang mengalami gangguan jiwa karena sejumlah sebab. Di antaranya, putus cinta/kasih tak sampai/dipisahkan dengan orang yang dicintai, kehilangan yang dicintai, cemburu, utang, bisnis gagal, dan lain sebagainya.
11 Syawwāl 1444 H/ 2 Mei 2023 pukul 10.44