Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Alangkah indahnya jika kita bisa menghadirkan 3 kesadaran berikut setelah selesai melakukan amal saleh apapun,
PERTAMA, merasa tidak maksimal.
Yakni, dalam melakukan amal saleh merasa belum benar-benar sesuai dengan yang dikehendaki Allah karena kita melakukan kesalahan, entah disadari ataukah tidak.
Mungkin ada campuran riya’ dalam niat, mungkin melakukannya asal-asalan, mungkin melakukannya tidak segera, mungkin tatacaranya kurang sesuai dengan yang dikehendaki Allah dan perusak-perusak amal lainnya. Lalu kita beristigfar, minta ampun kepada Allah atas kelemahan tersebut.
Rasulullah ﷺ mencontohkan istighfar jenis ini setelah selesai salat. Di luar salat pun ada banyak riwayat bagaimana Rasulullah ﷺ mencontohkan banyak sekali beristigfar di berbagai kesempatan.
KEDUA, berterima kasih kepada Allah.
Yakni, berterima kasih kepada-Nya atas nikmat di beri hidayah dan diberi taufiq bisa melakukan amal saleh.
Kita ingat, tidak semua hamba Allah diberi hudā mengetahui amal saleh. Yang sudah tahu ilmunya sekalipun tidak semuanya diberi taufiq bisa mengamalkannya. Maka, jika ada seorang hamba sampai diberi dua nikmat besar ini, yakni nikmat huḍa dan nikmat taufiq, berarti dia diberi kebaikan yang besar. Dengan hati penuh rasa terimakasih seperti itu maka lisan kita memuji Allah dengan ucapan “alhamdulillah” atau variasi lafal-lafal tahmid yang lain.
Kesadaran seperti ini adalah kandungan yang ada dalam ayat yang menceritakan rasa syukur penduduk surga atas nikmat hidayah, sehingga bisa beramal saleh dan menjadi wasilah masuk surga,
Artinya,
“Segala puji bagi Allah yang telah menunjukkan kami ke (surga) ini. Kami tidak akan mendapat petunjuk sekiranya Allah tidak menunjukkan kami. (Q.S. al-A‘rāf: 43)
Dalam kitab Ḥilyatu al-Auliyā’, diriwayatkan al-Junaid juga memakai ayat tersebut untuk menutup surat nasihatnya yang bermakna rasa syukur beliau atas nikmat hidayah yang menjadi wasilah melakukan amal saleh.
Rasulullah ﷺ juga mengajarkan zikir tahmid ini setelah kita melakukan salat.
KETIGA, berdoa supaya amal diterima.
Yakni, kita mengingat kembali bahwa segala perjuangan kita dalam beramal saleh adalah mengejar ridha-Nya. Jadi kita sangat butuh diterima amal yang kita lakukan sebanyak banyaknya. Kita takut ada perusak amal yang membuat amal kita ditolak, sementara kita tidak menyadarinya.
Berdoa setelah melakukan amal saleh ini dicontohkan Nabi Ibrahim dan nabi Ismail setelah selesai membangun Kakbah.
Artinya,
“(Ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan fondasi Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa), “Ya Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. al-Baqarah: 127)
***
Adapun dorongan untuk menunjukkan amal saleh karena manusia, maka lawanlah. Karena itu bisa menjadi sum’ah dan memicu ‘ujub yang akan menghancurkan pahala.
Kita cukup menyibukkan diri berjuang agar amal diterima. Tidak usah sibuk menunjukkan kebaikan dan amal saleh kita kepada manusia. Jika memang amal kita memang diterima dan kita memang layak dijadikan teladan, maka Allah sendiri yang membuat amal kita diketahui orang.
Sejumlah amal saleh godaannya cukup besar untuk ditunjuk-tunjukkan kepada manusia. Di antaranya adalah haji, umrah, sedekah, dakwah, jihad, mengislamkan orang dan semisalnya.
Hanya yang dirahmati Allah lah yang selamat dari perusak-perusak amal seperti itu.
22 Zulkaidah 1444 H/ 11 Juni 2023 pukul 05.10