Oleh: Ust. Muafa
Pertanyaan:
Assalamu’alaikum wr.wb. ust. bagaimana keutamaan dan hukum puasa tasu’a dan puasa asyura ust.?
Rahmi Rahayu, UMM, Malang
Jawaban:
Wa’alaikumussalam Warohmatullah wabarokatuh.
Hukum puasa Asyuro’ adalah sunnah muakkadah. Dalilnya adalah perbuatan Rasulullah ﷺ yang benar-benar berusaha tidak luput untuk mengerjakan puasa Asyuro’ setelah puasa Ramadhan. Al-Bukhari meriwayatkan:
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ
مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَرَّى صِيَامَ يَوْمٍ فَضَّلَهُ عَلَى غَيْرِهِ إِلَّا هَذَا الْيَوْمَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَهَذَا الشَّهْرَ يَعْنِي شَهْرَ رَمَضَانَ
dari Ibnu ‘Abbas radliallahu ‘anhuma berkata: “Tidak pernah aku melihat Nabi ﷺ sengaja berpuasa pada suatu hari yang Beliau istimewakan dibanding hari-hari lainnya kecuali hari ‘Asyura’ dan bulan ini, yaitu bulan Ramadhan”.
Adapun keutamaan puasa Asyuro’, puasa ini menghapus dosa satu tahun sebelumnya. Muslim meriwayatkan:
وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ
Adapun puasa pada hari ‘Asyura`, aku memohon kepada Allah agar puasa tersebut bisa menghapus dosa setahun sebelumnya.”
Dosa yang dihapus yang dimaksud dalam hadis-hadis ini adalah dosa-dosa kecil, bukan dosa-dosa besar. Jika dosa-dosa kecil tidak ada, maka bisa diharapkan dosa-dosa besar akan diringankan.
Adapun sebab awal mula puasa Asyuro’, riwayat Bukhari menjelaskan kisahnya diawali ketika Rasulullah ﷺ melihat orang-orang Yahudi berpuasa pada tanggal 10 Muharrom (Asyuro’) atas perintah Nabi Musa karena pada tanggal tersebut mereka diselamatkan dari kejaran Fir’aun. Kemudian nabi berkomentar bahawa beliau lebih berhak terhadap Musa daripada umat Yahudi sehingga beliau berpuasa pada tanggal tersebutr dan memerintahkan umatnya juga berpuasa. Al-Bukhari meriwayatkan:
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ
قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ فَرَأَى الْيَهُودَ تَصُومُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَقَالَ مَا هَذَا قَالُوا هَذَا يَوْمٌ صَالِحٌ هَذَا يَوْمٌ نَجَّى اللَّهُ بَنِي إِسْرَائِيلَ مِنْ عَدُوِّهِمْ فَصَامَهُ مُوسَى قَالَ فَأَنَا أَحَقُّ بِمُوسَى مِنْكُمْ فَصَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ
dari Ibnu ‘Abbas radliallahu ‘anhuma berkata: “Ketika Nabi ﷺ telah sampai dan tinggal di Madinah, Beliau melihat orang-orang Yahudi melaksanakan puasa hari ‘Asyura’ lalu Beliau bertanya: “Kenapa kalian mengerjakan ini?” Mereka menjawab: “Ini adalah hari kemenangan, hari ketika Allah menyelamatkan Bani Isra’il dari musuh mereka lalu Nabi Musa Alaihissalam menjadikannya sebagai hari berpuasa”. Maka Beliau bersabda: “Aku lebih berhak dari kalian terhadap Musa”. Lalu Beliau memerintahkan untuk berpuasa.
Hanya saja, umat Islam diperintahkan untuk berbeda dengan umat kafir, karena itu agar tidak sama dengan Yahudi yang berpuasa setiap tanggal 10 Muharram, umat islam juga diperintahkan berpuasa tanggal 9 Muharram (tasu’a), sehingga puasa yang disunnahkan akhirnya tasu’a dan asyuro’. Rasulullah ﷺ merencanakan puasa tasu’a sebagaimana tersebut dalam hadis ini:
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَئِنْ بَقِيتُ إِلَى قَابِلٍ لَأَصُومَنَّ التَّاسِعَ
dari Ibnu Abbas Radliallahu ‘anhuma, ia berkata; Rasulullah ﷺ bersabda: “Seandainya tahun depan aku masih hidup, niscaya saya benar-benar akan berpuasa pada hari ke sembilan (Muharram).”
Adapun puasa Hadusya’ (puasa tanggal 11 Muharram) maka tidak ada dalil khusus yang menunjukkan kesunnahannya. Riwayat yang memungkinkan dijadikan dasar kekhusussan sunnahnya adalah riwayat dhoif, sehingga berpuasa di hari itu masuk dalam keumuman sunnahnya puasa di bulan muharram. Wallahua’lam.