PERTANYAAN
“Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh…
Ustadz afwan mohon ijin nasehat bagi seorang istri, beliau sakit-sakitan semenjak mengetahui suaminya sudah mengkhitbah seorang wanita yang jauh lebih muda. Saat ini suaminya belum menikah baru tahap khitbah saja.
Syukron, jazaakumullahu khairan” (muslimah-somewhere)
JAWABAN
Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Wa’alaikumussalām waraḥmatullāhi wabarakātuh.
Bangunlah tengah malam, lalu salatlah kemudian bermunajatlah kepada Allah dengan kalimat-kalimat berikut ini,
“Ya Allah, sesungguhnya aku beriman bahwa tidak ada kehidupan sejati kecuali kehidupan akhirat.”
“Sesungguhnya aku beriman bahwa kehidupan dunia ini sementara, yang tidak layak kujadikan tujuan hidup.”
“Maafkan aku ya Rabbi, yang sering lupa dengan hakikat ini, lalu larut menikmati kenikmatan dunia, kemudian lupa untuk menyiapkan kehidupan setelah mati.”
“Ampuni aku yang masih sering lupa bahwa pasangan hidup di dunia hanyalah ujian, yang belum tentu bertemu lagi di akhirat, yang bahkan aku tidak tahu apakah nanti di akhirat masih saling mencintai atau malah bermusuhan.”
“Ilahi, hari ini Engkau berkehendak untuk mengurangi sedikit kenikmatan dunia yang engkau berikan kepadaku dan semua keputusan-Mu adalah baik.”
“Engkau tidak mencabut nikmat bersuami dariku, hanya saja menguranginya sedikit dariku. Bagimu segala puji atas segala keputusan-Mu.”
“Aku sedih, ya Allah. Sedih sekali. Sakiiit sekali hatiku. Hanya Engkau yang tahu kadar kesedihanku. Karena engkau adalah Dzat yang Maha Tahu.”
“Tapi aku sadar, aku ini hanyalah salah satu hamba-Mu. Tidak ada keistimewaaan apapun pada diriku. Engkau berkuasa untuk berbuat apapun kepada hamba-Mu dan semua perbuatan-Mu adalah baik.”
“Aku lemah ya Allah, tidak ada yang bisa menolongku kecuali hanya Engkau.”
“Jika bukan Engkau yang menguatkan, maka kepada siapa lagi aku meminta bantuan?”
“Ampuni aku ya Rabbi, yang sering mengabaikan ayat-ayat dari-Mu.”
“Ya ilahi, jika cobaan darimu ini adalah karena dosa-dosaku di masa lalu, lalu Engkau hendak membersihkanku dengan kesusahan, maka aku rida dan menerima. Ampunilah dosa-dosaku karena ujian ini.”
“Jika cobaan ini adalah karena kelalaianku dalam mensyukuri nikmat-Mu, maka aku rida dan menerima. Buatlah aku menjadi hamba yang paling bersyukur melalui ujian ini.”
“Jika cobaan ini adalah karena ibadahku kepadaMu yang masih asal-asalan, maka aku rida dan menerima. Buatlah aku menjadi di antara hamba-Mu yang paling hebat ibadahnya melalui ujian ini.”
“Jika cobaan ini adalah teguran keras dari-Mu karena aku masih mencintai suamiku melebihi cintaku kepada-Mu dan Rasul-Mu, maka aku rida dan menerima. Bimbinglah aku setelah hari ini agar Engkau menjadi cinta tertinggiku dan tidak ada makhluk-Mu yang kucintai melebihi cintaku kepada Rasul-Mu.”
“Jika cobaan ini adalah peringatan dari-Mu karena aku terlalu mencintai dunia, lalu Engkau berkehendak agar aku lebih serius lagi menghadapkan wajah kepada-Mu, siap mengorbankan kebahagiaan duniawiku demi membuat Engkau rida, maka aku rela dan menerima. Buatlah aku menjadi di antara wanita paling zuhud melalui ujian ini.”
“Hanya kasih dan ampunanMu ya Allah yang sangat aku butuhkan saat ini…”
“Jangan tinggalkan aku sendiri…”
“Walau hanya sekejap mata…”
***
Bacalah kalimat-kalimat tersebut. Tidak harus persis, mengambil maknanya saja juga tidak mengapa.
Itu kalimat munajat yang saya buatkan sesuai petunjuk Al-Qur’an dan hadis.
Setelah itu tutup dengan doa yang diajarkan Nabi ﷺ ini,
ALLOOHUMMA ASHLIH LII DIINII ALLADZII HUWA ‘ISHMATU AMRII, WA ASHLIH LII DUN-YAAYA ALLATII FIIHAA MA’AASYII, WA ASH-LIH LII AAKHIROTII ALLATII FIIHAA MA’AADII, WAJ’ALIL HAYAATA ZIYAADATAN LII FII KULLI KHOIRIN, WAJ’ALIL MAUTA ROOHATAN LII MIN KULLI SYARRIN.
Artinya,
“Ya Allah ya Tuhanku, benahilah untukku agamaku yang menjadi benteng urusanku; benahilah untukku duniaku yang menjadi tempat kehidupanku; benahilah untukku akhiratku yang menjadi tempat kembaliku! Jadikanlah ya Allah kehidupan ini mempunyai nilai tambah bagiku dalam segala kebaikan dan jadikanlah kematianku sebagai kebebasanku dari segala keburukan!”
***
Tidak ada sikap terbaik yang dilakukan wanita saat diuji masalah kecemburuan dan poligami selain tawakal, fokus memperbaiki din dan memperbanyak amal saleh.
Jika suaminya memang baik untuknya, maka Allah akan mengobati hatinya, membenahi rumah tangganya dan menjadikan ujian itu sebab untuk menjadi dekat kepada-Nya.
Jika memang tidak baik, maka Allah akan memberi petunjuk apa yang terbaik dilakukan, menakdirkan keputusan terbaik untuknya, dengan cara yang dikehendaki-Nya.
Jangan meminta cerai, karena saya tidak melihat potensi perzinaan yang sangat besar seperti pada wanita yang telah bercerai. Dia bisa tergoda berzina dengan mantan suaminya, bisa juga dengan lelaki lain yang mengetahui status jandanya. Jiwa anak yang menjadi tidak utuh karena orang tuanya bercerai juga layak menjadi pertimbangan penting. Cerai bisa menjadi opsi jika suami sudah melalaikan kewajibannya atau membahayakan nyawanya, atau alasan syar’i semisal yang mencerminkan ketakwaan. Usahakan jangan mudah meminta cerai hanya karena didorong perasaan sakit hati, mati rasa, sudah tidak cinta lagi dan alasan duniawi lainnya.
Wanita melakukan move-move mungkin saja, tetapi jika salah menilai atau memutuskan, maka potensi kerusakan jauh lebih besar daripada membenahi. Apalagi jika motivasi move-move itu adalah kepentingan duniawinya, yakni motivasi tidak ingin kebahagian duniawinya berkurang. Biasanya yang semacam ini tidak diberi taufiq Allah, tidak mendapatkan inayah-Nya, dan justru malah menyerat banyak keburukan dan kerusakan.
24 Syawwāl 1444 H/ 15 Mei 2023 pukul 08.51