Dialog imajiner;
X: Eh, aku tadi sudah tes darah loh. Hasilnya B
Y: Wah, andai saja kamu lebih rajin belajar, pasti hasilnya A.
X:….
***
Apa yang kita rasakan pertama kali saat mengetahui respon Y?
Awalnya mungkin terasa lucu dengan kesoktahuan si Y.
Selanjutnya tergantung sikap Y.
Jika Y disadarkan kesoktahuannya dan kebodohannya, lalu dia bisa menerima, maka Y adalah orang baik. Kita jadi sayang kepadanya.
Jika Y disadarkan kesoktahuannya dan kebodohannya, lalu dia menolak, bahkan dengan angkuh mencari-cari alasan membenarkan ucapannya, maka Y adalah orang yang tak tahu diri. Kita jadi berbalik tidak menyukainya.
***
Percaya atau tidak.
Orang-orang seperti Y ini banyak dalam berbagai bidang kehidupan.
Entah itu dalam pembicaraan dien secara umum (istinbath fikih, tafsir ayat, syarah hadis, validitas hadis dan semisalnya), ataukah politik, kedokteran, astronomi, sains dan lain-lain. Tetapi dua bidang yang paling banyak dizalimi oleh para ruwaibidhoh ini adalah dien dan politik.
Hanya orang berilmu asli yang bisa mengidentifikasi manusia-manusia seperti B. Manusia-manusia tipe Y ada yang tahu diri dan ada yang tidak tahu diri. Yang tahu diri ini harus dibimbing dan dirangkul, yang tidak tahu diri ditolak saja. Berpaling darinya. Tidak dipedulikan. Tidak layak jadi murid.
Ahmad bin Kholil berkata sebagaimana dinukil Al-Ghazzali,
إحياء علوم الدين (1/ 59)
الرجال أربعة رجل يدري ويدري أنه يدري فذلك عالم فاتبعوه ورجل يدري ولا يدري أنه يدري فذلك نائم فأيقظوه ورجل لا يدري ويدري أنه لا يدري فذلك مسترشد فأرشدوه ورجل لا يدري ولا يدري أنه لا يدري فذلك جاهل فارفضوه
“Manusia ada empat macam, 1. Orang yang tahu dan tahu dirinya tahu. Itulah orang berilmu, maka ikutilah, 2. Orang yang tahu dan tidak tahu dirinya tahu. Itulah orang yang tidur, maka bangunkan, 3. Orang yang tidak tahu dan tahu dirinya tidak tahu. Itulah orang yang mencari petunjuk, maka bimbinglah, 4. Orang yang tidak tahu dan tidak tahu kalau dirinya tidak tahu. Itulah orang jahil, maka tolaklah. (Ihya’ Ulumi Ad-Din, juz 1 hlm 59).