Oleh : Ust. Muafa
Barangkali kita pernah menemukan satu kategori kitab hadis yang terasa asing bagi sebagian orang yaitu kitab roqoiq (الرقائق). Kitab-kitab hadis dengan kategori sunan (السنن), mushonnaf (المصنف), musnad (المسند), mustadrok (المستدرك), mustakhroj (المستخرج), dan lain-lain barangkali lebih familiar. Tapi kalau kitab roqoiq, apa maknanya?
Roqoiq itu bahasa mudahnya adalah PELEMBUT HATI. Jadi, hadis-hadis yang digolongkan roqoiq itu bermakna di dalamnya mengandung kalimat-kalimat yang bisa melembutkan hati, membuat zuhud di dunia dan membuat semangat mengejar akhirat. Hadis-hadis roqoiq sifatnya lebih menonjol dari sisi kesan dan pengaruhnya pada hati. Ia adalah kata-kata mutiara dan kata-kata hikmah nabawi.
Roqoiq adalah bentuk jamak dari roqiqoh (الرقيقة). Kadang roqoiq juga disebut riqoq (الرقاق). Lafaz riqoq adalah bentuk jamak dari roqiq (الرقيق) atau bisa juga dianggap bentuk jamak dari roqiqoh. Ibnu Hajar Al-‘Asqolani berkata,
“Riqoq dan dan roqoiq adalah bentuk jamak roqiqoh. Hadis-hadis ini dinamakan dengan sebutan itu karena masing-masing memiliki pengaruh menimbulkan kelembutan pada hati. Para pakar bahasa mengatakan, riqqoh (kelembutan) adalah rohmah (kasih sayang) dan merupakan lawan dari ghilazh (kekasaran). Orang yang sangat pemalu diungkapkan dengan kalimat “roqqo wajhuhu istihya-an” (wajahnya melembut karena malu)” (Fathu Al-Bari, juz 11 hlm 299)
Sejumlah ulama telah memakai istilah roqoiq/riqoq ini dalam kitab-kitab mereka, di antaranya Abdullah bin Al-Mubarok dan An-Nasai. Nama lain kitab roqoiq adalah kitab zuhud. Yang paling banyak mengarang dalam topik ini adalah Abdullah bin Al-Mubarok, guru dari guru Al-Bukhari. Juga Waki’ bin Al-Jarroh, Abu Hatim Ar-Rozi, Asad bin Musa, Hannad bin As-Sary, Abu Dawud As-Sijistani, Ahmad bin Hanbal, dan Al-Baihaqi.
Adapun riwayat yang dikumpulkan dalam kitab-kitab roqoiq, maka hal itu mencakup hadis, atsar, dan biografi ulama secara umum selama memiliki fungsi tarqiq qolb (melembutkan hati).
Adapun dari sisi kualitas riwayatnya, oleh karena roqoiq bukan masalah hukum, secara umum para ulama agak longgar dalam menggunakan riwayat, sehingga terkadang banyak ditemukan riwayat-riwayat dhoif. Mereka memandang hal tersebut tidak menjadi cacat karena roqoiq termasuk bahasan fadhoilul amal.
Kitab zuhud terbaik pertama adalah karya Abdullah bin Al-Mubarok. Setelah itu kitab zuhudnya Ahmad bin Hanbal, lalu disusul kitab zuhudnya Hannad bin As-Sariyy. Tiga kitab ini adalah yang paling luas. Setelah itu kitab Zuhud Abu Dawud As-Sijistani, lalu Az-Zuhdu Al-Kabir karya Al-Baihaqi.
اللهم اجعلنا من محبي العلماء الصالحين