Oleh : Ust. Muafa
Neraka dinyalakan selama seribu tahun hingga warnanya menjadi MERAH.
Setelah itu dinyalakan lagi selama seribu tahun hingga warnanya menjadi PUTIH.
Setelah itu dinyalakan lagi selama seribu tahun hingga warnanya menjadi HITAM legam bagaikan malam yang gelap gulita.
Jadi warna api neraka itu bukan merah atau kuning atau jingga atau biru atau kombinasi dari warna-warna ini sebagaimana yang kita lihat pada api dunia, tetapi api neraka itu berwarna HITAM!
Warna hitam adalah gambaran bahwa api neraka itu mencapai puncak suhu yang tertinggi yang tidak bisa dibayangkan oleh manusia.
Demikianlah gambaran warna api neraka sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dalam sunannya. At-Tirmidzi meriwayatkan,
Artinya :
“Dari Abu Hurairah, dari Nabi ﷺ beliau bersabda, ‘Api neraka dibakar selama seribu tahun hingga warnanya merah. Lalu dinyalakan (lagi) seribu tahun hingga warnanya putih. Lalu dinyalakan (lagi) seribu tahun hingga warnanya hitam. Jadi, neraka itu hitam gelap gulita” (At-Tirmidzi, juz 9 hlm 165)
Hadis ini dihasankan oleh At-Tirmidzi.
Riwayat ini dikuatkan oleh hadis mauquf dari Abu Hurairah yang disebutkan Imam Malik dalam Al-Muwattho’ dengan sanad sahih sebagai berikut,
Artinya : “Dari Abu Hurairah, bahwasanya ia berkata, ‘Apakah kalian menyangka bahwa api neraka itu berwarna merah seperti api kalian (di dunia) ini? Sungguh! Api neraka itu lebih hitam daripada aspal!” (Muwattho’, juz 6 hlm 147)
Adapun pendapat yang melemahkan riwayat At-Tirmidzi di atas dengan alasan perawi yang bernama Yahya bin Abi Bukair, maka alasan tersebut ditolak dengan alasan bahwa Yahya adalah perawi yang dipakai oleh Bukhari dan Muslim.
Adapun pendapat yang melemahkan riwayat At-Tirmidzi di atas dengan alasan perawi yang bernama Syarik bin Abdullah An-Nakho’i, maka harus dicatat bahwa Syarik adalah perawi yang jujur. Hanya saja level kedhobitannya kurang kuat. Perawi semacam ini aman dari kemungkinan berdusta, hanya saja dikhawatirkan beliau silap dalam periwayatan yang terkait dengan hafalan seperti memauqufkan yang marfu’, memarfu’kan yang mauquf, membalik urutan, menukar urutan dan semisalnya.
Riwayat At-Tirmidzi di atas telah memiliki “syawahid” dari riwayat Anas dan Umar bin Al-Khotthob sebagaimana diisyaratkan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya dan juga Al-Baihaqi dalam “Syu’abu Al-Iman”.
Lagipula, informasi yang disebutkan oleh riwayat At-Tirmidzi di atas menurut keterangan Ath-Thiby maknanya dekat dan senafas dengan isyarat yang disebutkan Allah dalam ayat ini,
Artinya : “(ingatlah) hari dimana api neraka itu dipanaskan (secara dahsyat) pada api Jahannam (At-Taubah; 35)
Lagipula, isi riwayat At-Tirmidzi di atas sejalan dengan penafsiran para mufassirin ketika menjelaskan ayat yang menerangkan bahwa “syaror” (bunga-bunga api) neraka itu seperti “jimalatun shufr” (unta-unta berwarna hitam). Telah diketahui dalam bahasa Arab bahwa warna “shufr” itu jika dikaitkan dengan unta maka secara majasi bisa bermakna hitam. Jadi berdasarkan ayat “jimalatun shufr” itu bisa dipahami bahwa warna api neraka memang berwarna hitam.
Lagipula, perubahan warna mengikuti tingkat panas adalah fakta yang bisa disaksikan dalam kehidupan. Orang yang bergelut dalam ilmu logam/metalurgi akan mengetahui bahwa jika sebuah besi dipanaskan, maka mula-mula pada suhu tertentu warnanya akan berubah menjadi merah. Jika panas itu ditambah lagi maka warnanya akan berubah menjadi putih. Jika panas itu terus ditambah lagi maka warna itu akan berubah menjadi biru dan semakin gelap semakin gelap. Dengan demikian bisa kita katakan, warna hitam adalah warna yang menunjukkan api telah mencapai puncak panas yang tak terbayangkan.
Dengan alasan-alasan ini maka penilaian At-Tirmidzi bahwa riwayat di atas adalah riwayat hasan lebih dekat dengan kebenaran daripada pendapat yang mendhoifkannya.
Sekarang mari kita bayangkan kira-kira seperti apa panasnya neraka itu.
Jika diukur dengan skala celsius, panas yang mencapai warna merah itu baru terwujud pada suhu kira-kira 1500o celcius.
Warna putih dicapai, jika suhu telah mencapai kira-kira 5500o celsius.
Warna biru dicapai, jika suhu telah mencapai kira-kira 9500o celsius.
Lalu kira-kira warna hitam tercapai dengan suhu berapa? Belum ada manusia yang tahu, karena suhu yang bisa diusahakan manusia baru sanggup mencapai warna biru yang dianggap panas paling final di dunia ini.
Bayangkan, untuk melelehkan sebuah besi, suhu yang diperlukan cukup sekitar 1500o celcius saja. Untuk mendidihkan besi, cukup diperlukan suhu 3000o celcius saja. Padahal ini adalah suhu yang membuat warna panas baru di level warna merah menjelang putih.
Lalu bayangkan bagaimana jika yang dibakar itu bukan besi tapi daging, kulit dan tulang manusia, pada api yang warnanya telah menjadi hitam legam. Seperti apa kira-kira jadinya?!
Dengan tingkat panas seperti ini, menjadi bisa dipahami jika ada informasi hadis Nabi ﷺ yang memberitahukan bahwa siksaan paling ringan di Neraka adalah seseorang yang diberi sandal yang terbuat dari api neraka, lalu sandal itu sudah cukup untuk membuat otaknya menjadi mendidih!
اللهم قنا عذاب النار