Oleh : Ust. Muafa
Kesan yang ditangkap oleh orang Mekah (dengan eksponen Abu Sufyan yang dikenal sangat memusuhi Islam di masa-masa awal) terhadap dakwah Nabi ﷺ adalah tema-tema berikut ini:
1. MENGABDILAH KEPADA ALLAH SEMATA, setialah hanya kepadaNya, jangan kau berikan sikapmu seperti itu kepada selain-Nya
2. TINGGALKAN PEMIKIRAN GENERASI SEBELUMMU (nenek moyang) YANG TIDAK BERBASIS WAHYU ITU (yang mewujud menjadi tradisi, urf, budaya, kebiasaan, adat istiadat, dan lain-lain)
3. SHALATLAH, sempatkan secara khusus ritual resmi dalam rangka menghadap dan memuja Penciptamu
4. BERDERMALAH, berbagilah dengan orang lain. Harta yang kau miliki jangan “diungkeri” sendiri
5. JUJURLAH
6. JAGALAH KEHORMATAN
7. SAMBUNG KEKERABATANNMU. Pedulilah dengan kerabatmu, cari tahu kesusahan mereka, dan bantulah semampumu
Al-Bukhari meriwayatkan,
“…Dia (Heraklius) bertanya lagi (kepada Abu Sufyan): “Apa yang diperintahkannya (Muhammad) kepada kalian?” Aku (Abu Sufyan) menjawab: “Dia (Muhammad) menyuruh kami; ‘Sembahlah Allah dengan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun, dan tinggalkan apa yang dikatakan oleh nenek moyang kalian. ‘ Dia juga memerintahkan kami untuk menegakkan shalat, membayar zakat, berkata jujur, menjaga kehormatan dan menyambung silaturrahim”.” (H.R. Al-Bukhari, juz 1 hlm 8)
Kalau sampai Abu Sufyan ingat betul tema-tema itu padahal waktu itu dia kafir, artinya Rasulullah ﷺ intens menyampaikannya sebagai isu utama dakwah.
Seyogyanya dakwah di masa kini juga memperhatikan tema-tema tersebut dan menseriusinya. Jika ingin benar-benar berqudwah pada dakwah beliau. Tema-tema di atas tentu saja tidak bermakna pembatasan, tetapi menjadi hal yang menonjol dari risalah Islam. “Wajah” Islam seperti inilah yang idealnya ditampilkan oleh para dai dan penganut dienul Islam.
صراط الذين أنعمت عليهم