Oleh : Ust. Muafa
Dia seorang remaja.
Belum menjadi pemuda.
Seorang Wali Allah di masa lalu.
Disebut Nabi dengan istilah Ghulam.
Ghulam kata ahli bahasa, adalah anak lelaki yang kumisnya baru mau tumbuh.
Remaja ini disebut oleh Wahb bin Munabbih dalam Siroh Ibnu Hisyam dengan nama Abdullah bin Ats-Tsamir (عبد الله بن الثامر).
Dia terpilih menjadi calon pengganti tukang sihir raja.
Tapi, dia malah tertarik ajaran ulama yang mengikuti dien Nabi Isa.
Ulama tersebut diceritakan Nabi ﷺ dengan sebutan Rohib. Kalau menurut Muhammad bin Ka’ab Al-Qurodhi dalam Siroh Ibnu Hisyam, nama ulama ini adalah Faimiyun (فيميون).
Pencapaian ilmu dan amal sang remaja pada suatu waktu sampai membuat dia dianugerahi karomah oleh Allah. Dia bisa membunuh hewan yang menghalangi jalan manusia hanya dengan lemparan batu, bisa menyembuhkan orang buta sejak lahir, menyembuhkan orang sakit kusta, dan lain-lain.
Ketika remaja itu melaporkan karomah itu kepada sang guru, maka sang guru mengingatkan: Engkau akan segera diuji Allah.
“Rahib itu berkata kepada remaja itu, ‘Wahai anakku, hari ini engkau lebih baik daripada aku. Derajatmu (di sisi Allah) telah mencapai (level tinggi) sebagaimana yang aku lihat. Sesungguhnya engkau akan segera diuji. Jika engkau diuji, maka jangan memberitahu orang dimana aku” (H.R. Muslim)
Memang benar…
Setelah sang remaja menolong banyak orang dan berdakwah, dia diuji dengan siksaan raja, berusaha dibunuh, dibawa ke atas gunung, hendak ditenggelamkan di lautan, sampai akhirnya syahid dengan anak panah menancap pada pelipisnya. Pengikutnya juga dibantai dengan dibakar pada parit memanjang.
Kisah Ashabul Ukhdud yang diabadikan dalam surah Al-Buruj adalah kisah remaja ini dengan pengikutnya.
اللهم اجعلنا من أوليائك
أنت ولينا في الدنيا والآخرة