Oleh : Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R Rozikin)
Kitab ini terkenal dengan nama “Fathu Al-Qorib” (فتح القريب). Nama lengkapnya “Fathu Al-Qorib Al-Mujib Fi Syarhi Alfazhi At-Taqrib” (فتح القريب المجيب في شرح ألفاظ التقريب). Nama lainnya “Al-Qoulu Al-Mukhtar Fi Syarhi Ghoyah Al-Ikhtishor” (القول المختار في شرح غاية الاختصار). Pengarangnya sengaja membuat dua nama ini karena manuskrip matan Abu Syuja’ yang beliau temui kadang menyebut matan itu dengan nama “At-Taqrib” dan kadang menyebutnya “Ghoyatu Al-Ikhtishor”. Dalam pembicaraan, kadang “Fathu Al-Qorib” disebut secara makna dengan nama “Syarah Ibnu Qosim Al-Ghozzi”. Tentang makna “fathu” dalam judul kitab, sudah pernah saya ulas dalam artikel yang berjudul “Mengapa Nama Kitab Banyak yang Diawali Fathu?”.
Kitab “Fathu Al-Qorib” adalah kitab fikih bermazhab Asy-Syafi’i yang merupakan syarah matan terkenal bernama “matan Abu Syuja’” atau yang juga populer dengan nama “At-Taqrib” (resensi lebih dalam tentang matan Abu Syuja’ bisa dibaca pada artikel saya yang berjudul “Mengenal Matan Abu Syuja’”). Demikian terkenal dan pentingnya kitab ini sampai ia dijuluki “At-Tuhfah Ash-Shoghiroh” (“Tuhfah” kecil), seakan-akan kitab “Fathu Al-Qorib” adalah versi mini dari “Tuhfatu Al-Muhtaj” karya Ibnu Hajar Al-Haitami. Kita sudah tahu bagaimana besar kedudukan dan pentingnya kitab “Tuhfatu Al-Muhtaj” di kalangan ulama Asy-Syafi’iyyah (resensi lebih dalam tentang kitab “Tuhfatu Al-Muhtaj” bisa dibaca pada artikel saya yang berjudul “Mengenal Kitab Tuhfatu Al-Muhtaj Karya Ibnu Hajar Al-Haitami”).
Pengarangnya bernama Ibnu Qosim Al-Ghozzi (ابن قاسم الغزي) atau kadang dikenal juga dengan nama Ibnu Al-Ghorobili (ابن الغرابيلي). Nama lengkapnya, Syamsuddin Abu ‘Abdillah Muhammad bin Qosim Al-Ghozzi. Beliau lahir di bulan Rojab di Ghozzah pada tahun 859 H. Di kota itu pula beliau tumbuh. Hanya saja, pada tahun 881 H beliau memutuskan keluar kampung untuk merantau dan menuntut ilmu ke Mesir sampai akhirnya menjadi ulama yang disegani.
Konon, orangnya memiliki pembawaan yang berwibawa. Jika ada orang yang melihatnya, dia bisa gemetar. Suaranya merdu sekali sehingga orang yang salat bermakmum di belakangnya tidak akan bosan mendengar bacaan Al-Qur-an beliau. Jika beliau mengajar atau berfatwa maka beliau selalu berada dalam kondisi suci sempurna. Ketika sultan Al-Ghuri membangun sebuah sekolah di Mesir, Al-Ghozzilah yang ditunjuk menjadi pimpinan dan khotibnya.
Beliau hafal Al-Qur’an, “Manzhumah Asy-Syathibiyyah” dalam ilmu qiroat, kitab “Minhaj Ath-Tholibin”, Alfiyyyah dalam ilmu hadis, alfiyyah dalam ilmu nahwu, sebagian besar “Jam’u Al-Jawami’’ dan lain-lain. Di antara gurunya yang terkenal adalah As-Sakhowi (902 H). Al-Ghozzi sempat diamanahi untuk mengajar di Al-Azhar.
Adapun terkait karangan Al-Ghozzi yang tengah kita bicarakan ini, yakni kitab “Fathu Al-Qorib”, dalam muqoddimah beliau menerangkan bahwa kitabnya ini ditujukan untuk pemula (mubtadi-in). Praktek di lapangan penggunaannya memang demikian. Di sejumlah lembaga pendidikan Islam kitab ini dipelajari di tahap-tahap awal belajar fikih Asy-Syafi’i.
Kitab ini sangat populer. Di ajarkan di banyak lembaga-lembaga pendidikan agama Islam di seluruh dunia. Masjid-masjid, pondok-pondok pesantren, dayah-dayah, musholla, surau bahkan rumah-rumah banyak mengkajinya. Universitas Al-Azhar juga menjadikannya sebagai buku wajib yang dipelajari.
Bentuknya syarah pertengahan (mutawassith). Bukan syarah panjang lebar yang membosankan dan bukan syarah ringkas yang bisa merusak makna. Dalam mensyarah, Al-Ghozzi memberi perhatian tinggi saat menjelaskan makna bahasa dan makna istilah-istilah fikih. Sangat terlihat pada saat Al-Ghozzi mensyarah bab pertama, yaitu bab Thoharoh.
Pertama-tama Al-Ghozzi menerangkan definisi “al-kitab” secara bahasa, setelah itu beliau menjelaskan definisi “al-kitab” dalam istilah fuqoha’. Begitu selesai menerangkan makna lafaz ini, Al-Ghozzi berpindah menerangkan istilah lain yang merupakan satuan di bawah “al-kitab” yaitu “Al-bab”. Al-Ghozzi menjelaskan makna bahasanya kemudian makna istilahnya sebagaimana sebelumnya. Ketika penjelasan teknis terkait pengorganisasian judul itu selesai, barulah Al-Ghozzi menerangkan makna judul bab, yaitu makna thoharoh. Saat menerangkan lafaz thoharoh, Al-Ghozzi menjelasakan variasi “dhobth” lafaz ini yang berkonsekuensi pada perbedaan makna. Setelah itu baru dijelaskan makna bahasa dan makna istilahnya. Dari sini tampaklah keluasan pengetahuan bahasa Al-Ghozzi maupun pengetahuan fikihnya.
Begitu masuk ke isi utamanya, jika ada kata-kata yang diperkirakan samar maka cara Al-Ghozzi dalam mensyarah adalah menjelaskan dengan menyebut sinonimnya atau ungkapan yang semakna dengan sinonim. Lafaz-lafaz muthlaq yang mungkin disalahpahami diberi taqyid oleh beliau. Lafaz-lafaz umum yang mungkin dipersepsikan keliru dijelaskan kondisi-kondisi khususnya. Jika perlu, Al-Ghozzi menyebutkan contoh-contoh yang akan semakin memperjelas ungkapan. Jika Al-Ghozzi mendapati Abu Syuja’ berihtiroz (berhati-hati) dalam menulis ungkapan maka ungkapan muhtaroz itu dijelaskan sisi ihtiroznya. Semua dijelaskan secara ringkas dengan membuang dalil.
Dengan deskripsi singkat seperti ini benarlah jika dikatakan bahwa kitab “Fathu Al-Qorib” adalah syarah pertengahan “mutawassith” untuk matan Abu Syuja’.
Perhatian ulama Asy-Syafi’iyyah sangat tinggi terhadap kitab “Fathu Al-Qorib ini. Banyak sekali di antara mereka yang membuatkan hasyiyah untuknya. Berikut ini didaftarkan hasyiyah ‘Fathu Al-Qorib” yang diurutkan berdasarkan tahun wafat pengarangnya.
Di antara hasyiyah “Fathu Al-Qorib” adalah, “Hasyiyah Al-Qolyubi” (w.1069 H) yang masih berupa manuskrip, “Hasyiyah Al-Ujhuri (w.1070 H), “Hasyiyah Al-‘Azizi”/”Al-Fawa-id Al-‘Aziziyyah” (w.1070 H), “Hasyiyah Ar-Rohmani” (w.1078 H), “Hasyiyah Asy-Syabromallisi”/”Kasyfu Al-Qina’ ‘An Syarhi Abi Syuja’” (w. 1087 H), “Hasyiyah Ath-Thukhi”, “ Hasyiyah Al-Birmawi” (w.1106 H) yang disyarah lagi menjadi Taqrir oleh Al-Imbabi (1313 H) berjudul “Taqriru Al-Imbabi ‘Ala Hasyiyah Al-Birmawi”, “Hasyiyah Ibnu Al-Faqqi” (w.1118 H), “Hasyiyah Ash-Sho’idi” (w. 1119 H) yang dinamai “Az-Zahru Al-Basim ‘Ala Abi Syuja’ Wa Syarhihi Libni Qosim”, “Hasyiyah Ad-Dairobi (w. 1151 H) yang bernama “Fathu Al-‘Aziz Al-Ghoffar Fi Al-Kalam ‘Ala Akhiri Syarhi Ibni Qosim ‘Ala Ghoyati Al-Ikhtishor”, “Hasyiyah Yusuf Al-Hanafi” (w. 1178 H) yang bernama “Ghoyatu Al-Murod Syarhu Tarjamati Ummahati Al-Aulad”, “ Hasyiyah Al-Balbisi (w. 1179 H), “ Hasyiyah Athiyyah Al-Ujhuri (w.1190 H), “Hasyiyah As-Sulaimi” (w. 1200 H), “Hasyiyah Al-Kafrowi” (w. 1202 H) yang bernama “Ad-Durru Al-Manzhum bi Halli Al-Muhimmat fi Al-Khutum”, “Hasyiyah Al-Jauhari” (w. 1214 H), “Hasyiyah Asy-Syarqowi (w. 1227 H) yang bernama ‘Wasilatu Fathi Al-Qorib Al-Mujib”, “Hasyiyah Al-Qol’awi” (w.1230 H), “Hasyiyah Ath-Thoblawi” (w. 1274 H), “Hasyiyah Al-Bajuri” (w.1277 H), “Hasyiyah Al-Jawi/Qut Al-Habib Al-Ghorib” (w.1316 H) , dan lain-lain.
Di antara sekian banyak hasyiyah itu yang paling terkenal dan sudah dicetak adalah
“Hasyiyah Al-Birmawi”, “Hasyiyah Al-Bajuri”, dan “Hasyiyah Al-Jawi”/ “Qut Al-Habib”.
Sejumlah penerbit tercatat pernah mencetak kitab “Fathu Al-Qorib”. Di antaranya adalah “Mushthofa Al-Baby Al-Halaby” tahun 1343 H, “Al-Mathba’ah Asy-Asy-Syarqiyyah” di Mesir tahun 1298 H , “Al-Mathba’ah Al-Khoiriyyah” di Mesir, “Bulaq” di Mesir, “Dar Al-Khoir” di Damaskus pada tahun 1419 H/1998, “Dar Al-Fajr” di Damaskus tahun 2002 M, “Maktabah Al-Husain At-Tijariyyah”, “Dar Al-Basho-ir”, dan lain-lain.
Penerbit “Dar Ibn Hazm” dan “Al-Jaffan wa Al-Jabi” telah menerbitkan kitab “Fathu Al-Qorib” cetakan pertama pada tahun 1425 H/2005 atas jasa tahqiq Bassam Al-Jabi dengan ketebalan 368 halaman. Dalam mentahqiq, Bassam Al-Jabi tidak bertumpu pada manuskrip tetapi banyak bertumpu pada kitab yang telah tercetak terutama kitab “Hasyiyah Al-Bajuri”, “Qut Al-Habib”, “Matan Abu Syuja’” tahqiq Majid Al-Hamawi, syarah Ibnu Qosim Al-Ghozzi dan lain-lain.
Ibnu Al-Ghorobili/Ibnu Qosim Al-Ghozzi wafat pada malam Rabu, 6 Muharram (versi lain Jumat 15 Muharrom) tahun 918 H.
اللهم اجعلنا من محبي العلماء الصالحين
2 Comments
Amir
Afwan ustadz “Hasyiyah” itu artinya apa ya ? Terimakasih
Admin
hasyiyah adalah catatan pinggir. Lebih dalam monggo dibaca catatan saya ini:
http://irtaqi.net/2019/01/29/apa-bedanya-syarah-dengan-hasyiyah/