Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin)
Manusia bisa saja memiliki rencana, tetapi Allah-lah yang menakdirkan. Tidak semua keinginan manusia (yang baik sekalipun) bisa terwujudkan karena kematian lebih cepat menyambarnya. Hal seperti ini terjadi juga pada An-Nawawi. Ada sejumlah kitab yang mana An-Nawawi bertekat menuliskannya sampai tuntas, tetapi datangnya ajal menghalangi beliau untuk menuntaskannya sehingga sampai hari ini peninggalan An-Nawawi itu tersimpan di rak-rak perpusatakaan kaum muslimin dalam bentuk kitab yang tidak tuntas. Kisah An-Nawawi ini seharusnya sekaligus menjadi pelajaran penting bagi kita, bahwa jika kita punya niat kebaikan, bersegeralah melakukannya tanpa menunda (mubadaroh), karena kita tidak tahu kapan Allah memutuskan untuk mencabut nyawa kita.
Dari sisi ketuntasan, kitab-kitab An-Nawawi sebenarnya ada tiga macam.
Pertama, kitab-kitab yang ditulis secara tuntas seperti kitab “Al-Arba’in An-Nawawiyyah”, “Riyadhu Ash-Sholihin”, “Al-Adzkar”, “Roudhotu Ath-Tholibin”, dan semisalnya
Kedua, kitab-kitab yang tidak tuntas tertulis karena Allah keburu mewafatkan An-Nawawi, seperti kitab Al-Majmu’ yang merupakan syarah kitab Al-Muhadzdzab karya Asy-Syirozi.
Ketiga, kitab-kitab yang telah ditulis oleh An-Nawawi tapi kemudian An-Nawawi berubah pikiran dan memutuskan untuk menghapusnya. Motivasi menghapus kitab yang sudah ditulis ini hanya Allah dan An-Nawawi yang tahu. Bisa jadi karena An-Nawawi kuatir dengan niatnya, bisa jadi ada konten ilmu yang kurang akurat, atau sebab-sebab yang lain. Yang jelas, jenis kitab kategori ketiga ini memang ada sebagaimana diceritakan oleh murid An-Nawawi yang bernama Ibnu Al-‘Atthor berikut ini,
ولقد أمرني مرة ببيع كراريس نحو ألف كرَّاس بخطه، وأمرني بأن أقف على غسلها في الورَّاقة، وخوَّفني إن خالفت أمره في ذلك، فما أمكنني إلا طاعته، وإلى الآن في قلبي منها حَسَراتٌ (تحفة الطالبين في ترجمة الإمام محيي الدين (ص: 94)
“Sungguh, suatu saat beliau memerintahkan kepadaku untuk menjual kurrosah-kurrosah (satu bendel lembaran yang berisi 10 waroqoh/lembaran kertas) sekitar 1000 kurrosah yang bertuliskan tangan beliau sendiri. Beliau memerintahkan aku agar menghapus tulisan pada kurrosah-kurrosah itu pada seorang tukang salin kitab. Beliau menakut-nakuti aku supaya aku tidak melanggar perintah beliau dalam hal itu. Jadi, aku tak kuasa kecuali menaatinya. Sampai sekarang di hatiku ada banyak penyesalan karena (hilangnya) tulisan-tulisan (berharga) itu” (Tuhfatu Ath-Tholibin, hlm. 94).
Berikut ini disajikan daftar enam belas kitab An-Nawawi yang disebut tidak selesai ditulis karena keburu wafat. Sekedar catatan tambahan, di antara manfaat mengetahui daftar ini adalah kita bisa lebih cepat dalam menentukan rujukan apa yang kita baca dari karya-karya An-Nawawi pada saat ingin mencari pembahasan tertentu. Jika kita ingin mencari pembahasan fikih yang ditulis An-Nawawi tentang hukum-hukum pernikahan misalnya, maka menjadi langkah yang keliru jika mencarinya di kitab Al-Majmu’ karena kitab ini pembahasannya hanya sampai bab riba (pendapat lain; bab Al-Mushorrot).
Kitab-kitab yang disebut tidak tuntas ditulis An-Nawawi adalah,
1. “Al-Majmu’” (المجموع). Kitab ini adalah syarah muthowwal untuk kitab Asy-Syirozi yang bernama “Al-Muhadzdzab”. Penulisannya hanya sampai bab riba (pendapat lain; sampai bab mushorrot). Lanjutannya diteruskan Taqiyyuddin As-Subki dan Al-Muthi’i. Resensi lebih detail kitab ini bisa dibaca pada artikel saya yang berjudul “Mengenal Kitab Al-Majmu’ Karya An-Nawawi”.
2. “At-Tahqiq” (التحقيق). Penulisannya hanya sampai bab solat musafir.
3. “At-Tanqih” (التنقيح). Kitab ini adalah syarah dari kitab “Al-Wasith” karya Al-Ghozzali. Penulisannya hanya sampai bab syarat-syarat salat.
4. “Daqo-iqu Al-Minhaj” (دقائق المنهاج). Penulisannya hanya sampai pada bab al-jiroh/luka-luka
5. “Daqo-iqu Ar-Roudhoh” (دقائق الروضة). Penulisannya hanya sampai pada bab salat.
6. “Khulashotu Al-Ahkam” (خلاصة الأحكام). Kitab ini ditulis hanya sampai bab zakat saja.
7. “At-Talkhish Syarhu Al-Jami’ Ash-Shohih li Al-Bukhori” (التلخيص شرح الجامع الصحيح للبخاري). Penulisannya hanya sampai bab “kitabul ilmi”.
8. “Al-Ijaz fi Syarhi Sunan Abi Dawud” (الإيجاز في شرح سنن أبي داود). Penulisannya hanya sampai bab wudhu.
9. “Tuhfatu Ath-Tholib An-Nabih” (تحفة الطالب النبيه). Penulisannya baru sampai bab haid. Masih berupa manuskrip.
10. “Jami’u As-Sunnah” (جامع السنة). Ditulis tidak sampai satu kurrosah. Masih berupa manuskrip.
11. “Muhimmatu Al-Ahkam” (مهمات الأحكام). Penulisannya baru sampai bab “thoharotu Ats-tsaub wa Al-badan”. Masih berupa manuskrip.
12. “Al-Ushul wa Adh-Dhowabith” (الأصول والضوابط). As-Suyuthi dalam “Al-Minhaj As-Sawiyy” menyebut kitab ini tidak selesai ditulis An-Nawawi. Saya belum mengerti alasan As-Suyuthi menyebut kitab ini belum tuntas. Edisi cetak yang ditahqiq Hitou mengesankan kitab ini sudah tuntas ditulis.
13. “Thobaqot Al-Fuqoha’” (طبقات الفقهاء). Barangkali lebih tepat kitab ini baru ditulis dalam bentuk “musawwadah”. Keterangan para penulis biografi An-Nawawi, Al-Mizzi-lah yang melalakukan “tabyidh” terhadap kitab ini. Penjelasan detail makna “tabyidh” dan “musawwadah” bisa dibaca pada artikel saya yang berjudul “Apa Makna ‘Tabyidh‘ Kitab?”
14. “Tahdzibu Al-Asma’ wa Al-Lughot” (تهذيب الأسماء واللغات). Kitab ini masih berbentuk “musawwadah”, lalu di”tabyidh” oleh Al-Mizzi.
15. “Al-Imla’ ‘ala Haditsi Al-A’mal bi An-Niyyat” (الإملاء على حديث الأعمال بالنيات). As-Suyuthi dalam Al-Minhaj As-Sawiyy menyebut bahwa An-Nawawi belum menuntaskan kitab ini. Bisa jadi nama lain dari kitab ini adalah “Al-Amali” yang disebut sebagai salah satu kitab An-Nawawi juga sebagaimana disebut para penulis biografi An-Nawawi. Masih berupa manuskrip.
16. “Bustanu Al-‘Arifin” (بستان العارفين). Kata Asy-Suyuthi dalam “ Al-Minhaj As-Sawiyy” An-Nawawi tidak menuntaskan kitab ini. Versi cetak yang ditahqiq oleh Al-Hajjar menampilkan bab terakhirnya adalah tentang “hikayat mustathrofah”
اللهم اجعلنا من محبي العلماء الصالحين
2 Comments
Hazim
Ustaz, dimana ya ada simpan manuskrip Tuhfatu Ath-Tholib An-Nabih?
Admin
Itu perlu penelitian ekstra, sebab karya An-Nawawi yang ini sebagian ulama ada yang berpendapat manuskripnya sudah hilang.
Pernyataan seperti itu tidak memastikan manuskripnya benar-benar tidak ada. Tapi bisa juga hanya menunjukkan sangat sulit didapat karena saking langkanya.
Saya mengandaikan jika saja ada orang-orang kaya yang mau membuat donasi khusus untuk pelestarian kitab-kitab An-Nawawi, mungkin bisa dibentuk tim khusus untuk melacak manuskrip-manuskrip kitab beliau di berbagai perpustakaan di seluruh penjuru dunia. (Muafa)