Oleh : Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin)
Allah tidak melihat rupa dan bangun badan seorang hamba, karena yang dilihat-Nya hanyalah hati dan amalnya. Karena itu, orang berwajah tampan “sempurna” seperti Abu Lahab tetap masuk neraka karena kekafirannya sementara lelaki hitam tak rupawan seperti Bilal diridhai Allah sehingga suara sandalnya didengar Rasulullah ﷺ di depan beliau saat masuk surga. Hanya saja, sebagai bagian dari upaya mengenali orang salih dan mencintainya, pembahasan deskripsi fisik tentang para kekasih Allah tetap dicatat oleh para ulama dalam kitab-kitab siroh dan biografi. Karena itulah, dengan mudah kita akan mendapatkan penjelasan deskripsi fisik orang-orang salih terkenal dalam kitab-kitab biografi mereka.
Dalam rangka menambah kecintaan terhadap orang-orang salih dan mempopulerkan mereka, berikut ini dituliskan deskripsi fisik secara singkat salah seorang Shahabat Nabi ﷺ, kekasih Allah, sepupu beliau sekaligus menantunya, khalifah rasyid keempat, salah satu dari 10 shahabat nabi ﷺ yang dijamin masuk surga, yaitu Asy-Syahid Abu Al-Hasan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu.
Ali bin Abi Thalib adalah seorang lelaki yang memiliki perawakan sedang. Tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek. Hanya saja, perawakan sedang ini sedikit lebih cenderung agak pendek. Bangun badannya kokoh, kuat, berisi dan terlihat agak gemuk. Demikian kuat dan kokohnya badan beliau, jika beliau memegang lengan seseorang, maka cengkeramannya sangat kuat sampai-sampai orang yang dipegang itu tidak bisa bernafas. Beliau juga seorang petarung yang hebat. Entah ilmu beladiri apa yang beliau kuasai (karena ilmu beladiri tidak bisa diriwayatkan sebagaimana periwayatan ilmu). Yang jelas, dalam setiap duel dan pertarungan satu lawan satu secara jantan, beliau tidak pernah kalah. Nyalinya bagaikan macan dan hatinya sangat teguh layaknya seorang jenderal yang tidak pernah ragu dalam mengambil keputusan.
Kulit beliau bukan hitam dan juga bukan putih, tetapi coklat atau sawo matang dengan warna sawo matang yang sangat. Tipikal warna kulit yang mungkin menjadi ciri khas Arab mu’arrobah yang merupakan keturunan nabi Isma’il dengan Arab suku Jurhum dari Yaman.
Tampilan rambut beliau digambarkan “plontos”, yakni berkepala botak. Rambut beliau “habis” kecuali hanya bagian belakang saja. Tampilan kepala botak ini juga dimiliki Umar bin Al-Khotthob dan Kholid bin Al-Walid. Entah mengapa, orang-orang berkepala plontos pada umumnya adalah orang-orang yang berwibawa, ditakuti, dan “cool”.
Wajah beliau tampan. Orang menggambarkannya bagaikan wajah bulan saat purnamanya. Sebagai keturunan Bani Basyim, ketampanan seperti ini bisa dimengerti karena memang demikianlah gambaran fisik rata-rata mereka sebagaimana riwayat ketampanan Rasulullah ﷺ dan saudara Ali yang bernama Ja’far bin Abi Thalib.
Mata beliau digambarkan lebar dengan pupil mata yang sangat hitam. Mata yang lebar di kalangan Arab adalah jenis mata yang terpuji dan sangat hitamnya mata beliau memberi kesan mata yang tajam sekaligus indah. Kita tahu, bidadari surga digambarkan Allah dengan sebutan “hur ‘in” yang secara harfiah bermakna “wanita yang hitam matanya sangat hitam dan putih matanya sangat putih”. Warna hitam dan putih yang sangat kontras dan jelas pada mata adalah gambaran mata yang sungguh menawan.
Jenggot beliau lebar. Pada akhir-akhir hidupnya warna jenggot itu digambarkan semuanya berwarna putih dan sedikit saja yang diwarnai.
Leher beliau kokoh proporsional. Tekstur kulitnya halus dan indah bagaikan teko perak aau pedang perak. Hanya saja, leher ini agak sedikit bungkuk.
Pundak beliau lebar nan bidang sebagaimana tipikal umumnya lelaki perkasa. Bagian tulang pundak beliau yang menonjol terlihat mencuat kokoh bagaikan tulang pundak singa.
Lengan beliau bagian atas dengan lengan bawah hampir tak bisa dibedakan, seakan-akan bersatu. Mungkin karena demikian menonjolnya otot-otot kokoh lengan beliau. Memang beliau dikenal memiliki tangan dan lengan yang sangat kuat. Mungkin kita pernah mendengar riwayat bagaimana beliau menjebol dan mengangkat pintu gerbang sebuah benteng di Khoibar milik orang Yahudi, saat Rasulullah ﷺ menyerang kota tersebut. Beliau mengangkatnya sendirian tanpa bantuan siapapun. Kedua telapak tangan beliau tebal kasar, khas tangan lelaki pekerja keras nan bertenaga.
Perut beliau digambarkan besar dan memiliki banyak bulu. Dalam riwayat, bukan hanya Ali bin Abi Thalib saja yang dikabarkan berperut buncit, tetapi juga Ath-Thufail bin Ubay bin Ka’ab yang dipanggil Ibnu Umar dengan julukan Abu Bathn.
Jika beliau berjalan, maka badannya ikut bergoyang. Jika beliau berjalan untuk perang, maka beliau berlari. Mungkin seperti ini cara jalan orang yang memiliki jiwa militer dan pemberani. Ibnu Abdil Barr menulis,
“Di antara deskripsi terbaik yang saya tahu tentang Ali radhiyallahu ‘anhu adalah bahwasanya beliau itu berperawakan sedang yang cenderung pendek. Matanya lebar dan berpupil sangat hitam. Wajahnya tampan seakan-akan bulan di malam purnama. Perutnya besar, pundaknya bidang, tangannya tebal-kasar, badannya kokoh kuat, lehernya sedikit bungkuk seakan-akan teko/pedang yang terbuat dari perak. Kepalanya botak, tidak ada rambutnya kecuali pada bagian belakang. Jenggotnya lebar. Pada bagian pundaknya ada tulang menonjol bagaikan tulang pundak hewan buas pemangsa. Lengan bawah dengan lengan atasnya tak terbedakan karena (seperti) benar-benar bersatu. Jika beliau berjalan, maka (badannya) bergoyang. Jika beliau memegang lengan seseorang maka seakan-akan nafasnya tertahan sehingga orang tersebut tidak bisa bernafas. Beliau cenderung gemuk dan sangat kuat lengan – tangannya. Jika beliau berjalan untuk perang, maka beliau berlari. Hatinya teguh. Orangnya kuat dan pemberani. Selalu menang jika bertarung dengan siapapun” (Al-Isti’ab Fi Ma’rifati Al-Ashab)
اللهم اجعلنا من محبي أولياءك الصالحين