Oleh : Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin)
Dajjal adalah fitnah terbesar di muka bumi. Tidak ada fitnah semenjak diciptakannya Adam sampai datangnya hari kiamat yang melebihi besarnya fitnah Dajjal. Ahmad meriwayatkan,
Artinya: “Dari Hisyam bin ‘Amir Al-Anshori berkata: ‘Saya mendengar Nabi ﷺ bersabda: ‘Tidak ada fitnah sejak diciptakannya Adam sampai Hari Kiamat yang lebih besar daripada fitnah Dajjal.’’”
Rasulullah ﷺ memerintahkan agar kaum muslimin berdoa supaya terlindung dari fitnah Dajjal pada saat tasyahhud akhir. Artinya, seorang muslim minimal 5 kali dalam sehari berlindung dari fitnah Dajjal. Coba bayangkan, sedahsyat apa kira-kira fitnah Dajjal itu ketika kita diperintahkan berlindung sampai lima kali dalam sehari!
Fitnah Dajjal memang luar biasa mengerikan. Jangankan orang yang tidak beragama dan fasik, orang beriman saja masih mungkin terkena fitnahnya. Dalam sebuah hadis, Rasulullah ﷺ mewanti-wanti orang-orang beriman agar tidak perlu penasaran ingin bertemu Dajjal. Sebab, nanti akan ada orang yang merasa imannya baik-baik saja, tetapi setelah bertemu Dajjal, dia malah terkena tipuannya dan menjadi pengikut Dajjal karena demikian banyaknya syubhat yang berada di sekitarnya.
Pada saat Dajjal nanti keluar, ada sekelompok orang beriman yang memilih lari ke gunung-gunung, beruzlah, menjauh dari hiruk pikuk kehidupan, rela hidup seperti orang primitif, meninggalkan pekerjaan nan gaji mapan dan semua kenikmatan duniawinya. Semuanya demi menyelamatkan diri agar tidak terkena fitnah Dajjal.
Demikian dahsyat fitnah Dajjal itu, Rasulullah ﷺ sampai menggambarkan bahwa Dajjal akan menjejakkan kakinya ke seluruh bumi, menguasai dunia dan menaklukkan seluruh kota, kecuali dua kota saja yang tidak bisa ditaklukkan yaitu Mekah dan Madinah.
Dahsyatnya fitnah Dajjal juga bisa kita bayangkan ketika kita mengetahui bahwa fitnah si Pendusta kelas kakap ini ternyata tidak bisa diatasi oleh ulama dan orang salih di seluruh dunia. Yang bisa memadamkan fitnah Dajjal hanyalah Nabi Isa. Artinya, hanya orang dengan kemampuan ilmu dan amal selevel nabi saja yang bisa mengatasi fitnahnya. Jadi, fitnah Dajjal itu kualitas kedahsyatannya itu kira-kira “setingkat” dengan kualitas petunjuk yang dibawa seorang nabi.
Sayangnya, dengan fitnah sedahsyat ini, banyak kaum muslimin yang tidak mengenali Dajjal. Tidak banyak juga para dai yang mengangkat tema Dajjal. Hal ini sangat berbahaya, karena jika kenal saja tidak, bagaimana kita bisa mengidentifikasinya? Jika kita tidak bisa mengidentifikasinya, bagaimana kita bisa menyelamatkan diri darinya? Patut dicatat, ada sebuah riwayat yang menambah kengerian kita, yakni bahwa Dajjal itu akan muncul ketika manusia sudah melupakannya dan para panutan agama sudah tidak membicarakannya lagi di mimbar-mimbar.
Tidak mengenali Dajjal itu sangat berbahaya, karena bisa membuat kita menjadi pengikutnya tanpa sadar. Bisa jadi kita merasa mengikuti “ratu adil”, padahal hakikatnya dia adalah Dajjal. Bisa jadi kita merasa mengikuti “Sang Humanis” padahal hakikatnya dia adalah Dajjal. Bisa jadi kita merasa mengikuti “al-mahdi”, padahal hakikatnya dia adalah Dajjal. Bisa jadi kita merasa mengikuti kholifah ‘ala minhajin nubuwwah, padahal hakikatnya dia adalah Dajjal.
Sebagai akibat dari jarangnya kajian Dajjal dan asingnya pembicaraan tentang Dajjal, saat ini banyak kaum muslimin yang memiliki persepsi-persepsi keliru terhadap Dajjal.
Contoh persepsi keliru tentang Dajjal adalah sangkaan bahwa hadis-hadis tentang Dajjal itu lemah, dhoif bahkan palsu. Ini keliru. Riwayat-riwayat tentang Dajjal adalah riwayat shahih. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim. Riwayat-riwayat itu bukan hanya shahih, tetapi bahkan mutawatir sebagaimana ditegaskan oleh Ibnu Katsir, As-Sakhowi, Asy-Syaukani, dan lain-lain.
Contoh lain persepsi keliru tentang Dajjal adalah sangkaan bahwa Dajjal itu berbentuk seperti monster, atau sejenis jin/setan, atau sejenis alien. Ini keliru. Rasulullah ﷺ menyerupakan wajah Dajjal dengan lelaki di masa jahiliyyah yang bernama Abdul Uzza bin Qothon. Beliau juga mensifati Dajjal itu dengan ciri-ciri manusia seperti berambut keriting, berkulit putih, badan gempal, dahi lebar, agak pendek, dan kaki terpiuh. Beliau juga sempat mencurigai Ibnu Shoyyad sebagai Dajjal. Semua ini menunjukkan bahwa Dajjal itu manusia biasa, bukan monster, atau jin apalagi alien.
Contoh lain persepsi keliru tentang Dajjal adalah sangkaan bahwa Dajjal itu adalah simbol. Ini juga keliru. Penjelasan Rasulullah ﷺ bahwa Dajjal memiliki ciri-ciri manusia adalah bukti sangat jelas kalau Dajjal itu benar-benar sosok nyata, bukan simbol. Ia adalah “syakhshun (person) bi’ainihi”. Bukan simbol, metafor atau perumpamaan.
Contoh lain persepsi keliru tentang Dajjal adalah sangkaan bahwa Dajjal itu kejam, bengis dan penumpah darah. Ini keliru. Dinamakan fitnah Dajjal itu jangan dibayangkan yang muncul adalah sosok yang haus darah dan gemar membantai. Nabi ﷺ mengabarkan bahwa Dajjal ini akan dirindukan orang-orang beriman. Artinya, dia akan muncul sebagai sosok yang simpatik, baik, santun, menarik dan solutif. Tidak mungkin ada orang yang kejam dan suka membantai kemudian dicintai oleh milyaran manusia, dielu-elukan bahkan dipertuhankan secara sukarela.
Ini adalah di antara contoh-contoh persepsi keliru tentang Dajjal sebagai akibat jarangnya kajian Dajjal dan jarangnya para dai mengangkat tema ini.
Dengan niat untuk menghidupkan kembali kajian tentang Dajjal, supaya umat manusia dan kaum muslimin selamat dari fitnahnya, beberapa waktu yang lalu saya bertekad untuk menulis kajian komprehensif seputar topik ini. Awalnya saya perkirakan hanya menjadi satu buku saja. Akan tetapi setelah terkumpul datanya, maka saya memutuskan untuk dipecah menjadi empat buku, karena akan terlalu tebal jika dijadikan satu.
Alhamdulillah. Buku pertama telah dicetak. Saya memberinya judul “Salah Kaprah tentang Dajjal”. Fokusnya adalah mengoreksi sejumlah persepsi keliru tentang Dajjal supaya kita tidak tertipu dengan sosok tersebut. Semuanya berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Untuk dalil hadis, saya mengusahakan tidak memakai sama sekali hadis dhoif. Jadi hadis-hadis yang ada dalam buku saya adalah hadis sahih dan hasan saja. Kalaupun bukan hasan yang disepakati, minimal ada ikhtilaf terkait status penilaian hadis. Jika ada ikhtilaf, maka akan saya tunjukkan bagaimana perbedaan pendapat tersebut. Dengan komitmen seperti ini, maka saya berharap keyakinan dan persepsi tentang Dajjal bisa lebih bersih dan tidak tercampuri keyakinan-keyakinan batil yang tak berdasar atau didasarkan riwayat dhoif dan palsu.
Selain fokus pada pembahasan koreksi terhadap persepsi-persepsi keliru tentang Dajjal, saya melengkapi pembahasan dalam buku ini dengan mengupas beberapa topik penting, misalnya,
“Apa sebenarnya Arti Dajjal?”
“Mengapa Dajjal digelari al-masih seperi nabi Isa yang digelari Isa Al-Masih?”
“Adakah isyarat kedatangan Dajjal dalam Al-Qur’an? “
“Apa hubungan nubuat Dajjal dengan iman?”
“Bagaimana perhatian Rasulullah ﷺ dan shahabat terhadap nubuat Dajjal?”
“Apa bahaya Dajjal jika keluar?”
“Bagaimana gambaran dahsyatnya fitnah Dajjal?”
“Apa arti penting pembahasan fitnah Dajjal bagi umat islam ?”
“Apa hikmah fitnah Dajjal?”
Buku pertama tentang Dajjal yang saya tulis, yakni buku yang berjudul “Salah Kaprah Tentang Dajjal” ini diterbitkan pertama kali tahun 2016 dengan ketebalan 174 halaman.