Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin)
Allah cinta kepada pemimpin yang adil, bahkan sangat mencintainya. Di antara bukti cinta Allah kepada pemimpin yang adil adalah, pada hari kiamat kelak, ketika semua manusia dikumpulkan di padang mahsyar dalam kondisi telanjang bulat dan berdesak-desakan, ketika semua kepanasan karena matahari didekatkan yang membuat keringat mereka bercucuran sampai ada yang tenggelam oleh keringatnya sendiri, pada hari itu, pemimpin yang adil dimuliakan Allah dengan cara diberi naungan khusus sehingga tidak kepanasan seperti manusia yang lain. Muslim meriwayatkan,
Artinya,
“Dari Abu Hurairah, dari Nabi ﷺ, ‘Ada tujuh golongan yang akan dilindungi Allah pada hari kiamat dengan naungan-Nya, di hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya. Pertama, pemimpin yang adil…” (H.R. Al-Bukhari)
Kalau begitu, apa definisi pemimpin adil?
Pemimpin adil adalah pemimpin yang takut kepada Allah. Dia takut Allah marah kepadanya. Dia takut dibenci Allah. Karena itu, dia berusaha berhati-hati dalam seluruh tindakannya. Dia lawan semua syahwat duniawinya demi membuat Allah ridha. Ia penjarakan semua kepentingan pribadinya demi membuat Allah senang. Jadi, pemimpin adil itu dalam seluruh hidupnya akan selalu berusaha mengikuti perintah Allah dan menempatkan segala sesuatu sesuai tempatnya. Ibnu Hajar Al-‘Asqolani berkata,
Artinya,
“Tafsir terbaik terkait lafadz adil (dalam hadis pemimpin adil) adalah orang yang mengikuti perintah Allah dengan cara meletakkan segala sesuatu pada tempatnya, tidak melampaui batas dan tidak menyia-nyiakan” (Fathu Al-Bari, juz 2 hlm 145)
Menempatkan segala sesuatu sesuai tempatnya adalah unsur yang paling menonjol dalam keadilan. Pemimpin yang seperti ini prinsipnya, pasti berusaha membebaskan diri dari segala bentuk kezaliman, karena kezaliman adalah ujian terbesar seorang pemimpin dan orang yang punya wewenang/otoritas. Dia akan berusaha keras membebaskan diri dengan semua jenis kezaliman, baik kezaliman terkait darah (nyawa), harta, maupun kehormatan.
Ini memang tidak mudah, karena perlu karakter kuat untuk bertindak tegas menindak orang-orang kuat dan membela orang-orang lemah yang terzalimi.
Ambil contoh kasus penambangan batubara di Indonesia.
Sudah tentu tidak mungkin ada orang yang terjun dalam bisnis penambangan batu bara selain orang-orang kaya bermodal besar. Mereka berbisnis tentu saja dengan target menambah harta, bukan sekedar cari makan sebagaimana rakyat kecil.
Memang benar, untuk saat ini, batu bara dianggap sumber energi yang sangat strategis karena dianggap bahan bakar paling murah untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Listrik juga menjadi kebutuhan umum yang tak terhindarkan di zaman yang canggih seperti sekarang ini. Orang berbisnis dan bermuamalah juga tidak dilarang agama.
Masalahnya, apakah pemimpin sudah benar-benar serius membuat aturan dan menegakkannya tanpa pandang bulu untuk mencegah kesewenang-wenangan mereka yang kuat dan penindasan orang yang lemah? Apakah pemimpin dalam menyusun aturan dan menegakkannya sudah mempertimbangkan betul aspek pengawasan Allah, sehingga semua kebijakan yang diambil asasnya adalah karena takut murka Allah di hari penghisaban?
Salah satu dampak lingkungan yang disebabkan oleh penambangan batubara adalah pencemaran air, yang membuat ketersediaan air bersih menjadi sulit dan berpotensi merusak kesehatan masyarakat. Apakah kezaliman terhadap rakyat kecil seperti ini sudah diperhatikan pemimpin? Sudahkah ada aturan yang mengaturnya? Jika sudah, apakah perangkat pemerintah sudah difungsikan dengan maksimal untuk menindak keras para pelanggar-pelanggar berdompet tebal itu?
Dampak lingkungan lain yang ditimbulkan penambangan batubara adalah limbah lumpur atau limbah lainnya yang mengganggu pertumbuhan tanaman sawah atau perkebunan warga sekitar. Ini tentu mengurangi produksi rakyat kecil. Apakah kezaliman terhadap rakyat kecil seperti ini sudah diperhatikan pemimpin? Sudahkah ada aturan yang mengaturnya? Jika sudah, apakah perangkat pemerintah sudah difungsikan dengan maksimal untuk menindak keras para pelanggar-pelanggar itu?
Dampak lingkungan lain yang ditimbulkan penambangan batubara adalah polusi udara yang mengganggu sistem pernapasan, menimbulkan kanker dan penyakit-penyakit lainnya. Apakah kezaliman terhadap rakyat kecil seperti ini sudah diperhatikan pemimpin? Sudahkah ada aturan yang mengaturnya? Jika sudah, apakah perangkat pemerintah sudah difungsikan dengan maksimal untuk menindak keras para pelanggar-pelanggar itu?
Dampak lingkungan lain yang ditimbulkan penambangan batubara adalah merusak permukiman warga. Hal ini terjadi jika tidak ada regulasi yang jelas tentang tata kelola wilayah, jarak minimal area penambangan dengan permukiman warga, pembukaan lahan baru untuk perumahan dan semisalnya. Bisa juga dampak buruk itu terjadi ketika regulasi sebenarnya sudah ada dan sudah jelas, tetapi dengan seenaknya dilanggar. Akibatnya, rumah warga bisa ambles, atau retak, atau pelan-pelan menuju kehancuran akibat pergeseran tanah. Apakah kezaliman terhadap rakyat kecil seperti ini sudah diperhatikan pemimpin? Sudahkah ada aturan yang mengaturnya? Jika sudah, apakah perangkat pemerintah sudah difungsikan dengan maksimal untuk menindak keras para pelanggar-pelanggar itu?
Dampak lingkungan lain yang ditimbulkan penambangan batubara adalah timbulnya area berbahaya. Hal itu terjadi ketika bekas lubang-lubang galian tidak direklamasi (ditimbun kembali), lalu air mengumpul di area sana, kemudian membentuk semacam danau sehingga akhirnya membuat anak-anak yang bermain di area sekitar itu tenggelam dan mati di sana. Apakah kezaliman terhadap rakyat kecil seperti ini sudah diperhatikan pemimpin? Sudahkah ada aturan yang mengaturnya? Jika sudah, apakah perangkat pemerintah sudah difungsikan dengan maksimal untuk menindak keras para pelanggar-pelanggar itu?
Dampak lingkungan lain yang ditimbulkan penambangan batubara rusaknya lingkungan laut. Hal itu karena kapal-kapal tongkang yang mengangkut batu bara itu ketika hilir mudik dan melepaskan jangkarnya untuk berlabuh akan menyebabkan rusaknya terumbu karang dan mungkin biota laut lainnya. Para nelayan juga menjadi kesulitan mencari ikan karena hilir mudik kehadiran perahu-perahu tongkang tersebut. Tentu saja ini mengancam mata pencaharian rakyat kecil yang sedang mencari makan itu. Apakah kezaliman terhadap rakyat kecil seperti ini sudah diperhatikan pemimpin? Sudahkah ada aturan yang mengaturnya? Jika sudah, apakah perangkat pemerintah sudah difungsikan dengan maksimal untuk menindak keras para pelanggar-pelanggar itu?
Bisa jadi masih banyak lagi dampak-dampak negatif yang merugikan rakyat kecil dan orang-orang lemah yang hanya diketahui oleh mereka yang tahu.
Ini semua adalah ujian seorang pemimpin. Semua contoh dampak buruk di atas bisa saja diremehkan seorang pemimpin dan dianggap angin lalu jika dia sudah mendapatkan “setoran” rutin dari perusahaan-perusahaan penambang batubara itu. Lebih buruk dari itu, pemimpin-pemimpin dan aparat yang sudah kena uang suap ini terkadang malah lebih kejam lagi memilih memenjarakan rakyat kecil yang memprotes dan melawan, daripada menindak orang-orang besar yang zalim itu, padahal rakyat kecil itu hanya berjuang membela haknya. Jika seperti ini yang terjadi, maka pemimpin seperti itulah yang dinamakan pemimpin zalim, yang hanya peduli untuk membesarkan perutnya dan memuaskan syahwat-syahwatnya seraya menutup mata dari penderitaan rakyat kecil.
Adil itu bermakna berani bertindak keras dan tegas untuk membasmi kezaliman yang dilakukan orang kuat, meskipun resikonya dia dibenci, diancam dan terhalangi untuk memuaskan kepentingan-kepentingan pribadi duniawinya. Pemimpin adil hanya takut kepada Allah, tidak pernah takut kepada budak-budak dunia yang hidupnya hanya mengumpulkan harta itu.
Semoga Allah merahmati Abu Bakar Ash-Shiddiq yang menegaskan prinsip “tegas kepada orang kuat untuk membela yang lemah” di awal-awal kepemimpinannya menjadi Khalifah kaum muslimin. Abu Bakar berkata,
Artinya,
“Orang kuat di kalangan kalian adalah lemah (di mataku), sampai aku mengambil hak darinya” (Al-Bidayah wa An-Nihayah, juz 6 hlm 301)
Yah, di mata Abu Bakar, orang-orang kuat tidak akan ditakuti dan bahkan dipandang orang lemah sehingga Abu Bakar bisa tegas menindak mereka jika mereka melanggar hukum dan segera mengembalikan hak-hak orang lemah yang telah dirampas oleh orang-orang kuat itu.
Sebagai penutup, berikut ini saya kutipkan sikap seorang pemimpin adil, yakni Umar bin Al-Khotthob yang demikian takut akan di siksa Allah, sampai-sampai beliau mengandaikan, jika saja beliau tahu ada anak kambing yang mati sia-sia di pinggir sungai, maka beliau akan takut itu dihisab Allah dan menjadi penyebab beliau masuk neraka. Al-Auza’i berkata,
Artinya,
“Telah sampai berita kepadaku bahwa Umar Bin Al-Khattab berkata, ‘Seandainya ada seekor anak kambing yang mati di tepi sungai Eufrat secara sia-sia, maka aku akan takut ditanya tentangnya” (Syu’abu Al-Iman, juz 9 hlm 506)
Untuk para pemimpin, dengarkan seruan ini,
Satu nyawa manusia mati sia-sia di area tanggungjawabmu, maka bersiap-siaplah engkau masuk neraka secara sukarela!
اللهم ارزقنا إماما عادلا
2 Comments
Muhammad Thomas
Setelah pemimpin adil, bahas juga satu-satu, tentnag hadis perlindungan Allah pada hari kiamat tersebut ustad, syukron
Admin
semoga Allah memberikan sebab-sebabnya