Oleh : Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin)
Ayat sajdah dalam Surah An-Nahl adalah ayat ke 50, yakni ayat yang berbunyi,
{يَخَافُونَ رَبَّهُمْ مِنْ فَوْقِهِمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ} [النحل: 50]
Artinya,
“Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka)” (An-Nahl; 50)
Maksudnya, ayat sajdah dalam Surah An-Nahl itu di awali ayat 49 dan berakhir pada ayat ke 50, bukan hanya ayat 50 saja. Ayat sajdah dalam Surah An-Nahl tidak berakhir pada ayat 49, karena makna kalam pada ayat ini belum tuntas. Ayat sajdah dalam Surah An-Nahl berakhir pada ayat ke 50 karena pada ayat ini baru makna kalam menjadi tuntas. Penjelasan pernyataan ini adalah sebagai berikut.
Dalam Surah An-Nahl ayat 49 Allah berfirman,
{وَلِلَّهِ يَسْجُدُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ مِنْ دَابَّةٍ وَالْمَلَائِكَةُ وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ} [النحل: 49]
Artinya,
“Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang berada di langit dan semua makhluk yang melata di bumi dan (juga) para malaikat, sedang mereka (malaikat) tidak menyombongkan diri” (An-Nahl; 49)
Dalam ayat di atas, Allah mengabarkan bahwa segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi seperti hewan-hewan melata, semuanya bersujud kepada-Nya. Demikian pula para malaikat. Mereka semua bersujud kepada-Nya. Mereka tidak menyombongkan diri dan bersedia merendahkan diri di hadapan Allah untuk bersujud kepada-Nya.
Setelah itu, pada ayat selanjutnya, yakni ayat 50, Allah menggenapi makna dalam ayat 49 dengan berfirman,
{يَخَافُونَ رَبَّهُمْ مِنْ فَوْقِهِمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ} [النحل: 50]
Artinya,
“Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka)” (An-Nahl; 50)
Makna dari ayat di atas adalah, para malaikat itu ketika bersujud kepada Allah, kondisi mereka adalah takut kepada Rabb di atas mereka. Sifat mereka adalah taat kepada Allah dan melaksanakan segala yang diperintahkan kepada mereka.
Dengan demikian, tuntaslah makna ayat ini yang menjelaskan bagaimana tunduknya semua makhluk kepada Allah, terutama hamba-hamba Allah yang dimuliakan seperti para malaikat. Mereka tidak sombong untuk bersujud kepada-Nya, karena mereka tahu bahwa Allah amat keras siksa-Nya, sehingga pantas untuk ditakuti. Sudah tentu para hamba yang beriman akan memiliki hati tunduk serta merendahkan diri seperti para malaikat ini, sehingga mereka bersedia sujud kepada Allah secara sukarela sebagaimana para malaikat sujud kepada Allah secara sukarela.
Jadi, ayat sajdah tuntas pada ayat ke 50, karena pada ayat tersebut makna kalam baru selesai. Kelemahan pendapat yang mengatakan bahwa ayat sajdah ada pada ayat 49 adalah tidak tuntasnya makna kalam pada ayat tersebut. An-Nawawi berkata,
وَسَجْدَةٌ فِي النَّحْلِ عِنْدَ قَوْله تَعَالَى (وَيَفْعَلُونَ ما يؤمرون) (المجموع شرح المهذب (4/ 59)
Artinya,
“Ayat sajdah pada Surah An-Nahl adalah pada firman Allah ‘wayaf’aluna ma yu’marun” (Al-Majmu’ juz 4 hlm 59)
Mengatakan bahwa ayat sajdah dalam Surah An-Nahl pada ayat 50 adalah pendapat mazhab Asy-Syafi’i. Ini juga menjadi pendapat mazhab Malik (sebagaimana dinyatakan Al-Qoirowani dalam Matan Ar-Risalah), Ahmad (sebagaimana dinyatakan Ibnu Qudamah dalam Al-Mughni) dan Abu Hanifah (sebagaimana dinyatakan Asy-Syurunbulali dalam Maroqi Al-Falah)
Di antara yang berpendapat ayat sajdah dalam Surah An-Nahl pada ayat ayat 49 adalah Al-Mawardi, salah satu ulama Asy-Syafi’iyyah sebagaimana beliau sebutkan dalam Al-Hawi Al-Kabir. Kata Ar-Ruyani, ini adalah pendapat penduduk Madinah.