Oleh : Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin)
Tidak semua orang sadar dirinya pamer.
Tidak semua orang merasa sedang pamer.
Ada yang sedang merasa “tahadduts bin ni’mah”. Ada yang merasa sedang “memberikan energi positif”. Ada yang sedang merasa “menginspirasi orang lain”. Ada yang sedang merasa “menunjukkan kekuasaan Allah”, dan lain-lain.
Oleh karena itu, jangankan sadar kesalahan, bertaubat dan menjauh dari pamer, sekedar sadar perbuatannya keliru saja tidak semua orang sanggup melakukan. Malahan, kadang dengan angkuhnya tukang pamer itu bersuuzon dan mengusir siapapun yang bermaksud baik dan tulus menasihatinya,
“Nggak suka silakan menyingkir. Gue nggak pamer”
“Sirik dan iri tanda tak mampu”
“Kalau ada orang tahadduts bin ni’mah itu ya doakan, jangan dengki”
Penyebab orang tidak mau dinasihati agar tidak pamer pada intinya adalah kejahilan. Jahil karena salah konsep atau memang benar-benar jahil ajaran syariat Islam tentang konsep ini. Meskipun dia dikenal masyarakat sebagai seorang ustaz atau dai.
Padahal pamer itu bahaya. Sangat membahayakan pelakunya.
Minimal ada dua bahaya besarnya.
Pertama, pamer akan menghancurkan pahala meskipun saat beramal sudah berhasil ikhlas
Kedua, pamer akan membuat aib pelakunya dibongkar Allah.
Dalil yang menunjukkan bahwa pamer itu menghancurkan amal adalah hadis berikut ini,
وَرَجُلٌ وَسَّعَ اللهُ عَلَيْهِ، وَأَعْطَاهُ مِنْ أَصْنَافِ الْمَالِ كُلِّهِ، فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا، قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا؟ قَالَ: مَا تَرَكْتُ مِنْ سَبِيلٍ تُحِبُّ أَنْ يُنْفَقَ فِيهَا إِلَّا أَنْفَقْتُ فِيهَا لَكَ، قَالَ: كَذَبْتَ، وَلَكِنَّكَ فَعَلْتَ لِيُقَالَ: هُوَ جَوَادٌ، فَقَدْ قِيلَ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ، ثُمَّ أُلْقِيَ فِي النَّارِ (صحيح مسلم (3/ 1513)
Artinya,
“… Seorang laki-laki yang diberi keluasan rizki oleh Allah, yang diberi berbagai macam jenis harta seluruhnya, maka dia nanti akan dipanggil, lalu diperlihatkan kepadanya kenikmatan sehingga ia mengetahuinya dengan jelas.’ Allah bertanya: ‘Apa amalmu dengan harta itu?’ Dia menjawab, ‘Saya tidak meninggalkannya di satu pos pun yang Engkau sukai melainkan saya infakkan harta itu di pos tersebut agar Engkau rida.” Allah berfirman: ‘Dusta kamu, akan tetapi kamu melakukan hal itu supaya kamu dikatakan seorang yang dermawan, dan kamu sudah mendapatkan gelar itu.’ Kemudian diperintahkan kepadanya supaya dia dicampakkan dan dilemparkan ke dalam neraka.” (H.R. Muslim)
Dalam hadis di atas disebutkan tentang seorang lelaki yang banyak bersedekah, tapi motivasi sedekahnya adalah agar disebut dermawan. Dengan kata lain, motivasi orang tersebut saat bersedekah bukan karena mencari pujian Allah, tetapi mencari pujian manusia. Dengan demikian amal dia tidak ikhlas karena Allah sehingga hancurlah pahala amalnya. Ini adalah pamer. Jadi amal senis ini jelas di akhirat tidak mendapatkan apa-apa. “ganjarannya” hanya pujian manusia di dunia
Adapun bahaya pamer kedua, yakni membuat aib terbongkar, maka dasarnya adalah hadis ini,
صحيح مسلم (4/ 2289)
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ سَمَّعَ سَمَّعَ اللهُ بِهِ، وَمَنْ رَاءَى رَاءَى اللهُ بِهِ»
Artinya,
“Dari Ibnu Abbas, ia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda, barang siapa melakukan sum’ah, maka Allah akan membongkar aibnya dengan diperdengarkan (kepada makhluk). Barang siapa melakukan riya’, maka Allah akan membongkar aibnya dengan diperlihatkan (kepada makhluk).” (H.R.Muslim)
Dalam hadis di atas Rasulullah ﷺ menegaskan ancaman menakutkan untuk mereka yang suka pamer.
Siapa yang suka pamer dengan cara sum’ah, maka Allah akan membongkar aibnya dengan cara dibuat terkenal dengan aibnya itu sehingga aibnya didengar di mana-mana.
Siapa yang suka pamer dengan cara riya’, maka Allah akan membongkar aibnya dengan cara dibuat terkenal dengan aibnya itu sehingga aibnya dilihat di mana-mana.
Dengan ajaran seperti ini, marilah kita renungkan.
Bukankah ajaran Islam itu sebenarnya sangat menyayangi umatnya?
Silakan bahagia, silakan menikmati karunia Allah, tapi tidak usah dipamerkan. Nikmatilah dengan penuh syukur. Tambahi ketaatan kepada Allah. Anda bahagia, kenikmatan Anda tidak berkurang, pahala tetap utuh dan bisa jadi Allah akan menambah nikmat Anda.
رحم الله المخلصين رحمة واسعة
اللهم اجعلنا منهم