Oleh : Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin)
Hamba yang masih dominan ikatan duniawinya, bisa jadi dia diberi masalah duniawi bertubi-tubi (atau diberi masalah kecil-kecil, tapi begitu diberi satu yang berat, langsung menghantam ulu hatinya) sampai kebanyakan isi doanya adalah meminta diselesaikan masalah-masalah tersebut. Dengan begitu dia “dipaksa” membangun hubungannya dengan Allah, kembali ke fitrahnya sebagai hamba Allah, mulai menyadari betapa palsunya dunia yang sementara ini, dan mulai tergerak untuk mengenal Rabbnya lebih dalam.
Adapun hamba yang lebih dominan ikatan akhiratnya, biasanya problem duniawi sudah tidak terlalu mengganggu pikirannya. Di fase ini, bukan masalah duniawi lagi yang benar-benar membuatnya bersedih, tetapi musibah dinlah yang sungguh mengganggu hatinya.
Dia murung karena merasa sulit istiqamah dalam ketaatan.
Dia sering berduka cita karena merasa tidak baik menyembah Rabbnya.
Dia merasa sedih karena memandang dirinya lemah melaksanakan perintah Allah.
Dia sering menangis karena berkali-kali kalah oleh hawa nafsunya sehingga melanggar batasan.
Doa orang jenis kedua ini yang dominan adalah doa untuk kemaslahatan din, yakni sering meminta pertolongan supaya bisa membuat Allah rida.
Sesekali, saat dia sendiri mengingat Rabbnya, entah berdiri, duduk atau berbaring, berlinanglah air matanya, lalu terucap lirih dari lisannya,
إياك نعبد وإياك نستعين
“Yā mālika yaumiddīn, Iyyāka na’budu wa iyyāka nasta‘īn”
2 Jumādā al-ākhirah 1443 H/ 5 Januari 2022 jam 09.02