Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Ilmu tajwid adalah ilmu untuk mempelajari cara membaca Al-Qur’an dengan benar. Ada 3 topik yang dipelajari yaitu,
- Sifat-sifat huruf
- Makhārij ḥurūf
- Interaksi antar huruf
Setelah mengerti secara teoritis, lalu dipraktekkan dan dilatih berulang-ulang hingga memenuhi kriteria ideal.
Dengan demikian ilmu tajwid adalah ilmu yang membahas tentang bunyi. Yakni bunyi bacaan Al-Qur’an. Dalam karya-karya ilmu nahu awal seperti kitabnya Sībawaih, kajian tentang bunyi bahasa dibahas dalam bab idgām (الإدغام). Dalam budaya barat, kajian bunyi bahasa semacam ini masuk dalam kajian fonologi.
Ilmu tajwid bersifat skill. Jadi tidak mungkin orang hanya bertumpu pada kitab-kitab ilmu tajwid untuk menguasainya. Harus ada talaqqi/pertemuan dengan mentor dan guru yang mentashih/memvalidasi.
Ilmu tajwid berbeda dengan ilmu qirā’at. Jika ilmu tajwid fokus bagaimana cara melafalkan Al-Qur’an, maka ilmu qirā‘at fokus pada variasi bacaan Al-Qur’an. Contoh bahasan ilmu qirā’at adalah mengkaji ayat māliki yaumiddīn yang bisa dibaca dengan dua cara dan dua-duanya benar, yakni māliki yaumiddīn (dengan memanjangkan mā pada kata māliki) dan maliki yaumiddīn (dengan memendekkan ma pada kata maliki).
Ringkasnya, ilmu qirā‘at sifatnya ilmu riwāyah, sementara ilmu tajwid sifatnya ilmu dirāyah.
Peran ilmu tajwid adalah menyempurnakan ilmu qirā’at. Anda tidak mungkin menguasai ilmu qirā‘at jika ilmu tajwidnya belum beres.
Belajar ilmu tajwid hukumnya fardu ain bagi orang yang mendalami ilmu qirā‘āt. Bahkan wajib hukumnya belajar ilmu tajwid bagi semua kaum muslimin agar bisa membaca Al-Qur’an dengan benar. Ibnu al-Jazarī berkata,
Artinya,
“Menguasai ilmu tajwid adalah keharusan yang pasti. Barangsiapa tidak memperbaiki bacaan Al-Qur’annya, maka dia berdosa.” (al-Muqaddimah al-Jazariyyah hlm 62)
Karya pertama tentang ilmu tajwid adalah kitab yang berjudul al-Qaṣīdah al-Khāqāniyyah (القصيدة الخاقانية) atau al-Qaṣīdah al-Rā’iyyah (القصيدة الرائية). Sebagian orang menyebut judul lengkapnya al-Qaṣīdah al-Khāqāniyyah fī Ḥusni al-Adā’ wa Madḥi al-Qurrā’ (القصيدة الخاقانية في حسن الأداء ومدح القراء).
Pengarangnya bernama al-Khāqāni (w. 325 H). Nama lengkap beliau Abū Muzāḥim Mūsā bin ‘Ubaidullāh bin Yaḥyā al-Khāqānī al-Bagdādī. Isinya adalah ilmu tajwid tapi berupa bait-bait puisi jenis qaṣīdah sejumlah 51 bait . Qaṣīdah ini sempat disyarah oleh Abū ‘Amr al-Dānī. Ibnu al-Jazarī dalam kitab al-Nasyr menegaskan bahwa al-Khāqānī memang pelopor awal kitab ilmu tajwid . Awal qaṣīdah kitab tersebut berbunyi,
Qaṣidah karya al-Khāqānī itu telah ditahkik oleh Gānim Qudūrī al-Ḥamd dan dipublikasikan pertama kali tahun 1980 di Jurnal Fakultas Syariah volume ke-6 .
Abdul Azīz Abdul Fattāḥ al-Qāri’ juga mempublikasikan kitab ini tahun 1402 H dalam buku berjudul Majmū’atu al-Tajwīd Qaṣīdatān fī Tajwīdi Al-Qur’an li Abī Muzāḥim al-Khāqānī wa li ‘Alamuddīn al-Sakhāwī. Juga ‘Azīẓ Syams dalam kitabnya yang berjudul Rawā’i‘ al-Turāṡ.
Manuskripnya kitab tersebut di antaranya bisa ditemukan di,
- Al-Maktabah Al-Markaziyyah bi Jami’ati Al-Imam Muhammad bin Su’ud Al-Islamiyyah di Riyadh; Saudi Arabia,
- Maktabah al-Makhṭūṭāt bi Jāmi’ah Umm al-Qurā, di Mekah; Saudi Arabia,
- Al-Khizanah Al-‘Ammah” di Ribath; Maroko,
- Maktabah Al-Jami’ Al-Kabir di Shon’a; Yaman,
- Al-Maktabah Al-Azhariyyah di Kairo; Mesir,
- Maktabah Al-Ẓahiriyyah di Damaskus; Suriah,
- Dar Al-Kutub Azh-Zhohiriyyah di Damaskus; Suriah,
- Chester Beatty di Dublin; Irlandia,
- Perpustakaan Rampur Raza di India, dan lain-lain.
اللهم اجعلنا من محبي العلماء الصالحين
29 Muharam 1444 H/27 Agustus pukul 16.39