Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Ibu-ibu usahakan jangan sampai membuang makanan, ya.
Tentu saja termasuk bapak-bapak, anak, semua anggota keluarga dan siapapun yang berpotensi buang-buang makanan.
Jika masak nasi, perhitungkan betul kuantitasnya agar sesuai dengan kebutuhan sehingga tidak sampai tersisa, basi, lalu dibuang.
Jika masak lauk, maka perhatikan betul selera penghuni rumah agar selalu termakan, tidak tersisa, lalu basi dan akhirnya membuang.
Jika menyimpan makanan di kulkas atau tempat lain, maka pastikan ingat itemnya apa saja dan diperkirakan akan dikonsumsi sampai kapan. Jangan sampai senang menumpuk makanan, lalu lupa pernah beli, lalu basi lalu akhirnya dibuang.
Jika sering beli makanan di luar maka manajemenlah dengan baik kapan masak di rumah dan kapan makan di warung. Jangan sampai masak banyak, lalu tergoda makan di warung, atau beli lewat aplikasi, akhirnya masakannya tidak tersentuh, lalu basi, lalu dibuang.
Jika dapat makanan atau kue dari luar, maka pastikan dimakan orang rumah. Jika kemungkinan tidak termakan, langsung saja sedekahkan kepada orang yang kelaparan di jalan atau berikan tetangga.
Jika membeli kue atau snack atau makanan ringan, maka seriuslah mengatur akan dihabiskan dalam waktu berapa lama. Jangan sampai senang mengkoleksi kue, lalu lupa pernah beli, akhirnya basi dan dibuang.
Jika menjual makanan, lalu tersisa dan diduga kuat akan basi jika tidak segera dikonsumsi maka cepat-cepatlah dibagi-bagi dan disedekahkan.
Sesungguhnya membuang-buang makanan adalah kebiasaan yang buruk. Ia adalah perbuatan setan. Tanda tidak menghargai nikmat Allah. Juga bentuk menyia-nyiakan berkah makanan.
Mereka yang pernah diuji lapar berhari-hari biasanya lebih mudah untuk menghargai makanan dan tidak sampai membuang-buangnya.
Lihatlah contoh Rasulullah ﷺ yang sangat menghargai makanan.
Jangankan membuang makanan, sisa makanan di jari saja masih dijilat oleh Rasulullah ﷺ . Makanan jatuh saja Rasulullah ﷺ memerintahkan supaya dibersihkan kotorannya, lalu dimakan! Bisakah kita merasakan seserius apa Rasulullah ﷺ dalam menghargai nikmat makanan dari Allah dan menjaga agar tidak terbuang sia-sia? Muslim meriwayatkan,
Artinya,
“Dari Jabir ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: “Apabila suapan makanan salah seorang diantara kalian jatuh, ambilah kembali lalu buang bagian yang kotor dan makanlah. Jangan dibiarkan untuk setan, dan janganlah dia sapu tangannya dengan sapu tangan sebelum dia jilati jarinya. Karena dia tidak tahu makanan mana yang membawa berkah.” (H.R. Muslim)
Abū al-‘Abbās al-Qurṭubī berkata,
Artinya,
“Sabda Nabi ﷺ yang berbunyi ‘Liya’kulhā/Hendaklah dia memakannya’ adalah perintah yang bermakna menghargai makanan yang jatuh tersebut. Sebab ia adalah nikmat Allah yang tidak sampai kepada manusia hingga Allah menundukkan makhluk yang ada di langit dan dibumi.” (al-Mufhim, juz 5 hlm 301)
Tentu saja akhlak indah ini tidak bermakna orang dipaksa memakan makanan yang tidak disukainya. Orang tidak suka makanan tertentu itu manusiawi. Rasulullah ﷺ saja juga tidak suka ḍabb (semacam kadal gurun). Diriwayatkan beliau juga tidak suka bawang putih (الثوم).
Boleh tidak suka makanan tertentu. Tetapi tetap jangan membuang-buang makanan. Maknanya, jika memang tidak suka makanan tertentu, manajemenlah sehingga tidak perlu membelinya atau memasaknya. Jika dalam sebuah rumah ada yang suka makanan tertentu dan yang lain tidak suka, maka masaklah sekedar kira-kira bisa dihabiskan oleh yang suka.
Jika mendapatkan makanan dari luar yang tidak disukai, maka segera sedekahkan atau berikan kepada orang yang suka. Intinya, meski tidak suka makanan tertentu, kita tetap bisa mengusahakan tidak membuang-buang makanan, mensyukuri nikmat makan dan menghargai rezeki makanan yang diberikan Allah.
22 Rabi’ul Awal 1444 H/18 Oktober 2022 pukul 14.00