Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Kadang-kadang seorang hamba diuji dulu dengan guru busuk sebelum bertemu guru sejati.
Yang demikian untuk menguji kesungguhan, ketulusan dan keikhlasannya dalam mencari ilmu.
Serius ngaji, ternyata gurunya dukun.
Beneran mondok, ternyata ustaznya mesum.
Baik-baik konsultasi agama, ternyata rujukannya predator akhawat atau pemburu janda.
Sungguh-sungguh ingin hidup di lingkungan islami, ternyata malah terjerumus aliran sesat/menyimpang.
Yang seperti itu jangan kaget dan jangan putus asa.
Tetap yakinilah bahwa suatu hari Allah akan memberi rezeki guru yang benar.
Sebab, ujian semacam ini juga dialami Sahabat besar yang bernama Salmān al-Fārisī.
Syahdan, setelah Salmān al-Fārisī meninggalkan agama Majusi/Zoroastrianisme, beliau berniat mempelajari agama yang didakwahkan Nabi Isa.
Beliau berangkat ke Syam untuk mencari tokoh terbaik dalam hal ilmu dan amal dalam agama tersebut. Tujuannya agar Salmān bisa bermulazamah, menuntut ilmu dan belajar adab kepadanya.
Setelah berjuang keras lari dari rumah, melepaskan diri dari belenggu, berhijrah, meninggalkan semua fasilitas hidup dan melakukan safar panjang, akhirnya Salmān berhasil ketemu dengan tokoh agama yang berdasarkan kasat mata umat agama tersebut adalah tokoh agama terbaik di zamannya.
Tapi ternyata guru pertama Salmān ini seorang tokoh agama yang busuk.
Dia mengajak umat banyak bersedekah, tetapi harta yang terkumpul malah disimpan untuk dirinya sendiri. Bukan dibagi-bagi untuk fakir miskin. Salmān menceritakan perilaku guru pertamanya itu sebagai berikut,
Artinya,
“Ternyata dia (guru pertamaku itu) adalah lelaki busuk. Ia memerintahkan umatnya untuk bersedekah dan menganjurkannya. Tetapi jika mereka mengumpulkan banyak harta untuknya, dia malah menyimpannya untuk dirinya sendiri dan tidak diberikan kepada kaum fakir miskin. Sampai-sampai dia mengoleksi tujuh tempayan emas dan perak. Aku pun sangat membencinya karena perbuatannya yang aku lihat.” (H.R. Ahmad)
Singkat kata, guru pertama Salmān ini pun mati.
Setelah Salmān berpisah dengan guru pertamanya ini, beliau diberi Allah berturut-turut 4 guru baru yang saleh, zuhud dan sungguh-sungguh mengikuti ajaran nabi Isa, sampai akhirnya Salmān bertemu Rasulullah ﷺ, beriman kepada beliau dan wafat dalam keadaan muslim.
***
Begitulah dalam hidup.
Sebelum bertemu guru yang benar, kadang kita diuji dulu dengan guru yang bejat.
Agar jadi bahan instrokpeksi, apakah niat kita sudah benar saat datang kepada seorang guru.
Juga untuk menguji apakah kita sungguh-sungguh mencari kebenaran.
Juga untuk mengetes seberapa tangguh kita mengejar hidayah yang sangat mahal itu.
Jadi jangan pernah putus asa mencari ilmu.
Jika sempat diuji guru yang tidak benar, maka yakinlah setelah itu Allah akan menggantinya dengan guru yang baik.
Mustahil Allah membiarkan hamba-Nya tersesat.
Żat yang mewajibkan kita minta petunjuk minimal 17 kali dalam sehari sudah pasti sangat senang dengan hamba-Nya yang berjuang mengejar petunjuk-Nya.
Jadi, jika sekali dua kali dipertemukan guru bejat, maka sesungguhnya Dia sudah menyiapkan banyak guru salih sesudahnya. Asalkan hamba tersebut tidak putus asa. Lebih berhati-hati dan mengambil pelajaran dari pengalaman buruk sebelumnya.
29 Rabi’ul Awal 1444 H/ 25 Okt 2022 M pukul 12.38