Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Ini pahamnya orang-orang bingung.
Orang yang beriman kepada Allah dan Nabi Muhammad tidak perlu belajar relativisme untuk memahami apa itu kebenaran.
Kebenaran itu ada realitasnya, sederhana dan tidak usah dibuat rumit.
Engkau punya perut, hidungmu menghisap udara, kakimu menginjak bumi adalah contoh-contoh kebenaran sederhana yang tidak perlu diperdebatkan.
Allah, Dzat yang menciptakan alam itu ada, Muhammad bin Abdullah adalah Nabi, Salat itu wajib, selain Islam masuk neraka adalah contoh kebenaran dalam din yang sudah final.
Hal-hal ijtihadi sekalipun tetap ada kebenaran. Ijtihad benar pahala dua, salah pahala satu. Ini jelas menunjukkan dalam perkara hukum dhonni/spekulatif sekalipun kebenaran itu ada.
Jadi tidak usah ikut-ikut paham yang merelatifkan semua kebenaran, yang “mengharamkan” “truth claim”. Yang melarang menghakimi orang lain. Yang melarang menyesatkan atau mengkafirkan orang lain. Yang berpendapat: Kebenaran hanya milik Tuhan.
Sangat tidak masuk di nalar jika Allah menurunkan petunjuk lalu Dia ingin agar hamba-Nya bingung karena tidak tahu mana kebenaran sejati. Mana ada Presiden yang menerbitkan instruksi yang isinya tidak bisa dilaksanakan bawahannya?
Tuhan milik penganut relativisme kebenaran sepertinya berbeda dengan Tuhan kita, karena tuhan mereka sepertinya hanya ingin memiliki sendiri kebenaran itu, tidak mau berbagi dengan hambanya.
Ini pahamnya orang bingung.
Jangan-jangan dia sendiri ragu apakah istri yang bersamanya setiap malam di tempat tidur adalah benar-benar istrinya?
****
25 Jumada Al-Ula 1438 H/ 22 Februari 2017 pukul 18.35