Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Dikasih dunia itu seperti mendapatkan tulang. Anjing-anjing berdatangan ingin merebut, minimal Anda digonggongi.”
***
Nikmat duniawi itu ujian utamanya kedengkian atau ketamakan pecinta dunia.
Contoh, berhasil mendapatkan kekuasaan.
Memperoleh kekuasaan itu akan mengundang orang-orang yang berusaha merebutnya atau ikut menikmatinya. Minimal berisik dan mengganggu supaya tidak bisa menggunakan kekuasaan dengan leluasa.
Kekuasaan hanya contoh saja. Bisa diganti apapun: Jabatan, kendaraan bagus, gelar, pengikut, istri cantik, pasangan terkenal, dll.
Lalu bagaimana mestinya sikap yang benar jika diberi dunia?
Tentu zuhud adalah sikap terbaik.
Perkara duniawi itu tidak ditunjuk-tunjukkan saja pendengkinya banyak dan yang tamak ingin ikut menikmatinya juga banyak.
Lebih-lebih jika sampai sengaja ditunjukkan kepada umum.
Fitnahnya besar.
Ujiannya berat.
Yang paling damai hatinya adalah yang paling tawaduk saat memilikinya, paling “merendahkan”-nya, paling waspada fitnahnya dan paling serius mengaudit diri apakah sudah mensyukurinya.
Apakah kita perlu meninggalkan dunia dan tidak perlu mengejarnya saja?
“Tidak meletakkannya dalam hati” barangkali kalimat yang lebih tepat. “Tidak mengejarnya” dengan makna zuhud, itu benar. Tapi saya khawatir disalahpahami sehingga membuat orang ogah-ogahan bekerja apalagi malas bekerja misalnya.
Padahal zuhud itu tetap serius bekerja, tetapi harta tidak diletakkan dalam hatinya. Enteng sekali dinafkahkan di jalan Allah dan tidak terlalu bersedih jika diambil kembali oleh Allah.
1 Sya’ban 1444 H / 21 Februari 2022 pukul 10.19