Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Di antara yang harus kita hindari adalah:
Ada sebuah masalah yang muncul karena kita sendiri yang membuatnya, tapi saat ada ucapan buruk orang lain, lalu kita tidak terima.
Sikap demikian akan memperluas api fitnah, menambah masalah baru, membuat menderita orang lain dan menjadi sejarah buruk untuk reputasi kita.
Sikap yang lebih dekat dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya adalah:
Kita mengaku salah, menyadari sebagai “trouble maker”, meminta maaf, lalu DIAM, kemudian niat bertaubat dan memaksimalkan amal saleh.
***
Ada pelajaran dalam hal ini pada kisah nabi Yusuf dan Zulaikhā.
Sudah jelas yang membuat masalah adalah Zulaikhā.
Trouble maker-nya memang Zulaikha.
Kelemahan mengontrol hawa nafsu membuat terjadi insiden percobaan ajakan zina kepada Nabi Yusuf.
Ketika isu itu menyebar ke seluruh kota, maka muncullah kata-kata buruk, cibiran, ejekan dan hinaan kepada Zulaikhā dari emak-emak Mesir.
Sebenarnya ucapan buruk itu pemicunya ya Zulaikha sendiri.
Tingkahnya sendiri.
Trouble Maker-nya memang Zulaikhā sendiri.
Bukan Nabi Yusuf, bukan suaminya, bukan pula wanita-wanita Mesir.
Andai saja waktu itu Zulaikhā mengaku salah, meminta maaf, diam, tidak membuat move-move baru, lalu bertaubat dan memaksimalkan amal saleh, niscaya kesalahannya akan cepat terlupakan, namanya menjadi harum kembali dan menjadi sejarah indah tentang bagaimana orang yang berbuat salah tapi segera memperbaiki kesalahannya.
Sayangnya Zulaikha dikuasai rasa tinggi hati dan perasaan ingin menjaga citra baik.
Akibatnya, respon dan move-move berikutnya yang dilakukannya justru memperparah keadaan.
Zulaikhā tidak terima.
Dia menyelenggarakan pesta makan buah dengan mengundang semua wanita-wanita itu.
Targetnya tentu saja “membersihkan” namanya.
Sampai puas hatinya.
Apa dampaknya?
Fitnah makin meluas.
Kerusakan makin melebar.
Jika sebelumnya Nabi Yusuf hanya menjadi fitnah bagi Zulaikhā, setelah move itu maka Nabi Yusuf menjadi fitnah bagi hampir semua wanita Mesir!
Andai saja Nabi Yusuf bukan hamba saleh kekasih Allah, sudah pasti akan banyak peristiwa perzinaan, perselingkuhan, kehancuran rumah tangga, dan kerusakan keluarga. Sebab Nabi Yusuf tinggal bilang “oke” saja maka seluruh wanita sudah pasti akan bertekuk lutut di hadapan beliau.
Akhirnya peristiwa ini berdampak pada penderitaan Nabi Yusuf yang lain: Bukan hanya dituduh dan dicitraburukkan, tapi akhirnya sampai dipenjara juga!
Lihatlah dampak kerusakannya.
Bukan hanya memicu banyak maksiat, tetapi juga membuat orang lain bertahun-tahun menderita.
Dan yang paling tidak enak, peristiwa ini menjadi sejarah yang tidak mengenakkan sepanjang masa, karena apa yang sudah terjadi tidak mungkin dihapus dan diulang.
Sungguh, kisah nabi Yusuf itu banyak sekali pelajarannya untuk kita.
Artinya,
“Sungguh, dalam (kisah) Yusuf dan saudara-saudaranya benar-benar terdapat tanda-tanda bagi para penanya.”
28 Syawwāl 1444 H/ 19 Mei 2023 pukul 09.09