Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Mengapa Allah membiarkan ada orang bermulut busuk kepada kita?
Agar Dia tahu kita bisa membalasnya dengan kata yang baik sehingga terbedakan lah siapa hamba yang saleh dan siapa yang masih terfitnah oleh setan.
Allah berfirman,
Artinya,
“Apabila mendengar perkataan yang buruk, mereka berpaling darinya dan berkata, “Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, salāmun ‘alaikum (semoga keselamatan tercurah kepadamu), kami tidak ingin (bergaul dengan) orang-orang bodoh.” (Q.S. al-Qaṣaṣ: 55)
Maksud salāmun ‘alaikum adalah kalimat baik yg tidak menyakiti dan tidak menzalimi. Tidak membalas cacian dengan cacian. Misalnya mengatakan, “Semoga Allah senantiasa memberimu kesehatan”, “Semoga rezekimu lancar”, “Semoga anak-anakmu saleh salehah”, dll.. Atau diam dan pergi tidak membalas juga termasuk salāmun ‘alaikum.
Bagaimana jika kita mengatakan sesuatu yang tidak bermaksud menyakiti tetapi ternyata dirasa menyakitkan bagi yang bersangkutan, apakah kita masuk kategori bermulut busuk juga kah?
Jawabannya adalah,
Jika kalimat-kalimatnya ma’ruf, walaupun menyakiti maka tetap disebut kalimat baik. Seperti ayat Al-Qur’an yang mengatakan bahwa berhala dan penyembahnya itu akan menjadi bahan bakar api neraka. Ini menyakiti para penyembah berhala tapi itu haqq dan tidak dosa. Jadi cukup memastikan apakah kalimatnya haqq atau batil.
Bagaimana jika ada orang yang tidak baik kepada kita, lalu kita mengucapkan “Allah yahdik“?
Jawabannya adalah sebagai berikut.
Sebenarnya itu kalimat bagus, asal diucapkan dengan hati yang dipenuhi kasih sayang dan tulus mendoakan orang yang tersesat. Juga dipastikan yang didoakan memang tersesat.
Sayangnya di lapangan banyak yang menggunakannya dengan nada keangkuhan, kezaliman dan nir adab.
Misalnya beda pendapat urusan duniawi lalu bilang Allahu yahdik.
Beda pendapat masalah fikih lalu bilang Allahu yahdik.
Beda guru lalu bilang Allahu yahdik.
Salah paham omongan lalu bilang Allahu yahdik.
Ini membuat kalimat baik itu tercitra kurang baik krn kesalahan yang membawa.
Mirip seperti membawa istilah khilafah dengan cara bombastis.
Istilah sunah dipakai untuk bisnis laundry lalu pemiliknya tidak amanah.
Istilah syar’i dipakai jualan perumahan syar’i lalu uang ditilep.
Semuanya adalah kasus dimana bukan kalimatnya yang salah tapi cara membawa kalimat dan menggunakan kalimat yang salah.
***
Terakhir, bagaimana cara menata hati, untuk tidak membenci orang yang menyakiti, menjegal, mempersulit, dan selalu berusaha menjatuhkan kita? Sebab mungkin pernah didengar ucapan ulama yang intinya rugilah orang yg di akhir hayatnya masih menyisakan rasa benci pada orang lain.
Jawabannya adalah sebagai berikut.
Membenci itu manusiawi. Apalagi kepada orang yang sangat menyakiti kita. Hampir mustahil atau sangat sulit dihilangkan. Jadi, melenyapkan benci dari hati seakan-akan melenyapkan fitrah hati dan itu sangat sulit atau hampir mustahil.
Hewan saja yang tidak punya akal jika kita sakiti keterlaluan bisa dendam atau minimal lari setiap ketemu kita.
Bayi yang bersih dan tak punya dosa saja juga bisa trauma dan lari dari kita jika disakiti keterlaluan.
Oleh karena itu perjuangannya sebenarnya bukan melenyapkan benci. Tapi bersabar dan menahan diri untuk menzalimi dan membalas kezaliman dengan maksiat serupa.
Lalu sudah tiba saatnya adalah memaafkan. Ini yang akan meringankan benci walaupun mungkin tidak benar-benar mencabutnya.
Kecuali jika yang dibenci sungguh-sungguh minta maaf, bertobat dan berubah menjadi luar biasa baik kepada kita. Biasanya secara alami akan menghilangkan benci tersebut. Tapi kita tidak perlu mengharap ini karena ini kasus yang sangat langka.
Tapi jangan sampai dipahami membenci itu boleh. Tidak semutlak itu.
Membenci orang yang menzalimi kita itu manusiawi, tidak dicela.
Tapi Rasulullah juga melarang saling membenci sesama mukmin.
Artinya, selama perkara duniawi sedapat mungkin dihilangkan dalam hati, tetapi tidak dicela jika belum bisa menghilangkan total selama tetap berbuat baik, menunaikan hak dan tidak menzalimi sesama.
26 Zulkaidah 1444 H/ 15 Juni 2023 pukul 15.23