Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Sebenarnya, kasih sayang seorang suami kepada istrinya itu justru diwujudkan salah satunya adalah dengan tidak pernah memujinya di depan umum.
Lebih-lebih jika sang istri masih lemah din-nya.
Sebab pujian itu justru membahayakan.
Mematahkan punggung kata Rasulullah ﷺ. Makna mematahkan punggung berarti membinasakannya. Menewaskannya. Karena tidak ada orang yang bisa hidup jika punggungnya benar-benar patah. Al-Bukhārī meriwayatkan,
Artinya,
“Dari Abu Musa radliyallahu ‘anhu berkata: Nabi ﷺ mendengar seseorang memuji seseorang dan berlebihan dalam memujinya, maka beliau bersabda: “Kalian telah membinasakannya atau kalian telah mematahkan punggung orang itu.” (H.R. al-Bukhārī)
Dikatakan mematahkan punggung, karena pujian pada umumnya membuat orang menjadi merasa diri istimewa, merasa besar, takabur, narsis dan ujub dengan dirinya sendiri.
Begitu seseorang sudah tumbuh perasaan seperti itu, maka Allah akan memberinya cobaan (berat) untuk menyingkap kualitas aslinya.
Karena itulah, banyak sekali kita temukan dalam kehidupan sehari-hari seorang suami yang memuji istrinya, lalu tak lama kemudian Allah memberinya cobaan kepada sang istri, lalu ternyata sang istri tidak kuat.
Contoh, suami bilang,
“Istriku ini sabar luar biasa. Tidak pernah sama sekali marah kepadaku semenjak menikah sampai hari ini.”
Tak lama kemudian Allah mengatur sebuah peristiwa yang membuat istrinya marah-marah kepada suami!
“Istriku ini setia. Selalu mendampingiku dalam suka maupun duka”
Tak lama kemudian Allah memberinya ujian, lalu sang istri tidak kuat, kemudian minta cerai!
Bukankah kita sering melihat dan mendengar para artis yang saling puji di depan media, lalu tak lama kemudian muncul berita perceraian dan permusuhan mereka?
***
Prinsip ini bisa dibalik.
Kasih sayang seorang istri kepada suami, terlebih suami yang belum kuat din-nya adalah justru tidak memuji-muji suaminya di depan umum.
Sebab jika suami tidak bisa menata hati, maka Allah akan mengujinya sehingga akan tersingkap kualitas aslinya, sehingga pujian bisa jadi suatu hari berubah menjadi cibiran.
***
Paling aman pasangan suami istri itu saling mendoakan.
Jika melihat pasangan masing-masing dalam kondisi yang menyenangkannya, maka ekspresi kegembiraannya bukan dipamerkan kepada orang sambil dipuji-puji, tapi didoakan agar Allah menambahinya hudā dan diberi taufiq agar istikamah.
Kalaupun “tidak tahan” memuji, maka cukup di depan pasangannya sebagai bentuk penghargaan kebaikannya dengan syarat sesuai kenyataan dan tidak melampaui batas. Lalu mendoakan keluarga agar diberi afiyah dan tidak dicoba dengan ujian yang tidak sanggup ditanggung.
Kita sudah diajari bahwa segala jenis pujian itu sebenarnya hanyalah hak milik Allah saja. Karena itu tidak layak ada makhluk yang dipuji setinggi langit sementara kita ini hakikatnya penuh dengan aib dan kekurangan.
Agar kita tahu bahwa perbuatan memuji makhluk yang berlebihan dan tidak sesuai kenyataan itu perbuatan batil dan mungkar, maka kita ditunjukkan aib dan kekurangan orang yang dipuji-puji itu supaya kita sadar kembali bahwa pujian sejati hanyalah hak milk Allah semata.
“alhamdu, (utawi sekabehane puji iku) lillāhi (tetep kagungane Gusti Allah), rabbil ‘alamīna (kang mengerani wong ngalam kabeh).”
CATATAN
Cara terjemahan metode utawi iki iku yang diterapkan dalam banyak pesantren jawa adalah metode yang unik. Menunjukkan kedalaman penerjemahan dari sisi pemaknaan yang sekaligus menitipkan konsep-konsep nahwu di dalamnya.
“Alhamdu, (utawi sekabehane puji iku) lillāhi (tetep kagungane Gusti Allah), rabbil ‘alamīna (kang mengerani wong ngalam kabeh).”
***
UTAWI adalah penanda bahwa kalimat yang dipakai berbentuk mubtada’ khabar. Sesudah utawi adalah mubtada.
SEKABEHANE menunjukkan pemahaman bahwa alif lam yang melekat pada kata alhamdu adalah alif lam jinsiyyah istigraqiyyah.
IKU menunjukkan bahwa kata sebelumnya berposisi sebagai mubtada dan frasa berikutnya adalah khabar.
TETEP menunjukkan bahwa kalimat yang dipakai susunannya adalah jumlah ismiyyah yang mengandung makna tsabāt/dawām/terus menerus
KAGUNGANE menunjukkan pemahaman bahwa lam yang melekat pada lafal jalalah adalah lam istiḥqāq.
KANG menunjukkan pemahaman bahwa struktur rabbil alamin itu posisinya sebagai sifat Allah atau badal-nya.
RABB diterjemahkan pengeran menunjukkan kata dalam bahasa jawa yang mendekati makna rabb memang pengeran atau gusti.
KABEH menunjukkan pemahaman bahwa di sana ada makna jamak.
Saya pernah membuat ulasan khusus untuk metode ini dalam catatan berikut ini,
https://irtaqi.net/…/mengenal-metode-terjemah-utawi…/
11 Zulhijah 1444 H/ 29 Juni 2023 pukul 18.32