Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Pada saat Nabi Musa memutuskan memenuhi undangan Nabi Syu’aib ke rumahnya, beliau berangkat bersama putri Nabi Syu’aib yang menyampaikan undangan tersebut.
Mereka berdua berjalan bersama dengan posisi sang wanita di depan dan Nabi Musa di belakang.
Tetapi posisi jalan demikian membuat Nabi Musa bisa melihat lekuk-lekuk tubuh wanita itu yang sesekali terbentuk karena tiupan angin.
Nabi Musa merasa tidak nyaman dengan pemandangan tersebut lalu meminta wanita itu untuk berjalan di belakang beliau. Al-Qurṭubī menceritakan segmen kisah ini dengan redaksi sebagai berikut,
Artinya,
“Diriwayatkan bahwasanya Nabi Musa ketika mendapatkan undangan (ke rumah Nabi Syuaib), maka beliau bangkit mengikuti wanita itu. Jarak menuju rumah tersebut adalah 3 mil. Kemudian angin berhembus menerpa gamis wanita itu hingga bagian belakangnya terbentuk. Nabi Musa jadi merasa berdosa melihat pemandangan itu lalu beliau berkata, ‘Berjalanlah di belakangku dan tunjukkan jalan menuju rumahmu dengan suaramu’.” (Tafsīr al-Qurṭubī juz 13 hlm 270-271)
Karena pengalaman inilah wanita tersebut kagum dengan akhlak Nabi Musa.
Sungguh menjaga kehormatan dan sungguh menjaga pandangan mata.
Bukan malah aji mumpung.
Atau mencandakan itu dengan kalimat “ini rezeki” misalnya.
Sangat bisa dipercaya.
Karena itulah, ketika wanita itu menyarankan ayahnya untuk membuat akad dengan Nabi Musa dan mensifati Nabi Musa sebagai pria yang kuat dan terpercaya, maka ayahnya keheranan,
“Dari mana engkau tahu kalau dia terpercaya?”
“Kalau kekuatan fisiknya sudah jelas tampak dari kemampuannya mengangkat batu sendirian yang hanya bisa diangkat banyak orang. Tapi kalau masalah sifat amīn/terpercaya, dari mana engkau tahu?”
Demikian kira-kira pertanyaan sang ayah. Lalu sang putri menceritakan akhlak menakjubkan Nabi Musa yang sungguh menjaga pandangan seperti itu.
Allah menceritakan ucapan putri Nabi Syu’aib itu sebagai berikut,
Artinya,
“Salah seorang dari kedua (perempuan) itu berkata, “Wahai ayahku, pekerjakanlah dia. Sesungguhnya sebaik-baik orang yang engkau pekerjakan adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.” (Q.S. al-Qaṣaṣ: 26)
***
Raḥimakallāh yā nabiyyallāh Musa.
Betapa tenangnya para istri yang punya suami dengan akhlak seperti itu.
Betapa tenangnya para ibu yang punya putra dengan akhlak seperti itu.
Alangkah butuhnya kami teladan indah seperti ini.
Agar setiap lengah atau terlupa atau tergoda, bisa lekas kembali ke jalan yang lurus.
15 Zulhijah 1444 H/ 3 Juli 2023 pukul 19.16