Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Di akhirat nanti, seorang hamba yang saleh pasti akan diberi Allah keluarga di surga.
Ada 3 kemungkinan,
Pertama, mereka adalah anak dan istri/suami yang saleh di dunia. Atau kerabat lain yang saleh walaupun bukan suami/istri dan anak.
Kedua, mereka adalah ḥūr ‘īn dan wildān mukhalladūn.
Ketiga, mereka adalah gabungan keduanya.
Orang yang berhasil mendidik keluarganya menjadi hamba-hamba Allah yang saleh, berarti nanti akan berkeluarga dua kali. Berkeluarga di dunia ini sampai maut datang menjemput dan nanti akan kumpul lagi di akhirat di surga. Seperti Rasulullah ﷺ yang akan dipertemukan lagi dengan Khadijah dan istri-istri beliau yang lain di kalangan ummahātul mukminin.
Ada pula hamba-hamba saleh yang di dunia diuji dengan rumah tangga yang hancur, atau “gagal”, atau diuji dengan pasangan calon ahli neraka, atau seumur hidup diuji dengan kejombloan dan tidak pernah menikah karena tidak ada yang mau menikah dengannya. Atau wafat dalam keadaan belum menikah walaupun sebenarnya ada niat untuk menikah. Yang seperti ini akan dinikahkan dengan pasangan yang dikehendaki-Nya di surga. Seperti riwayat bahwa Āsiyah istri Fir’aun akan dinikahkan dengan Rasulullah ﷺ. Atau seperti al-Nawawī yang wafat dalam keadaan belum menikah, kita boleh berhusnuzan beliau nanti akan dinikahkan Allah dengan para bidadari surga.
Bisa jadi juga mereka yang keluarganya di dunia saleh, maka akan mendapatkan anugerah dua keluarga. Yakni keluarga bumi yang dulunya saleh dan keluarga yang disiapkan Allah di surga.
Manapun dari 3 kemugkinan ini, yang jelas nanti hamba-hamba saleh PASTI akan diberi keluarga di akhirat dan bertemu mereka dalam keadaan riang gembira. Allah mengabarkan hal ini sebagai berikut,
Artinya,
“(orang-orang yang diberi catatan amal pada tangan kanannya itu) dia akan pergi menuju keluarganya (di surga) dalam keadaan riang gembira.” (Q.S. al-Insyiqāq: 9)
Al-Syaukānī berkata,
Artinya,
“Dia akan pergi setelah hisab yang ringan menuju keluarganya yang sudah ada di surga di kalangan kerabatnya. Bisa juga keluarganya di dunia yang mendahuluinya di surga di kalangan istri/suami dan anak-anak. Bisa juga keluarga yang disiapkan Allah di surga di kalangan ḥūr ‘īn (bidadari) dan wildān mukhalladūn (remaja-remaja yang dibuat kekal). Atau keluarga gabungan dari mereka semua.” (Fatḥu al-Qadīr, juz 5 hlm 493)
Oleh karena itu, seorang mukmin jika sampai diuji tidak bisa menikah sampai wafat, atau diuji rumah tangga yang gagal, atau diuji pasangan yang fasik, hendaknya dia tetap sabar, tetap tabah, tetap gembira dan tetap konsisten beramal saleh sampai ajal menjemput seraya menunggu balasan Allah yakni diberi keluarga di surga.
20 Zulhijah 1444 H/ 8 Juli 2023 pukul 07.16