Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Di antara doa sujud tilawah yang pernah dibaca Nabi ﷺ adalah doa yang di dalamnya ada permintaan supaya Allah menerima sujud yang kita lakukan sebagaimana Allah menerima sujud Nabiyyullāh Dāwud. Lafal doanya seperti ini sebagaimana diriwayatkan oleh al-Tirmiżī,
Artinya,
“Ya Allah, tuliskanlah untukku pahala dan hapuskanlah dosa atas sujudku ini dan jadikanlah ia sebagai tabungan amal shaleh di sisi-Mu serta terimalah ia sebagai amal shaleh sebagaimana Engkau menerimanya dari hamba-Mu Dawud.”
***
Pertanyannya, sujud Nabi Dawud yang seperti apa yang diterima oleh Allah?
Hadis yang lain menjelaskan bahwa sujud yang dilakukan Nabi Dawud adalah jenis sujud tobat. Al-Nasā’ī meriwayatkan,
Artinya,
“Nabi Daud bersujud dalam surat Shaad untuk taubat, sedangkan kita sujud untuk bersyukur.” (H.R. al-Nasā’ī)
Riwayat Abū Dāwud menyebutnya sebagai sujud tobat yang dilakukan oleh seorang nabi. Rasulullah ﷺ bersabda,
Artinya,
“Sesungguhnya ayat tersebut adalah taubat seorang nabi.” (H.R. Abū Dāwūd)
Sujud tobat yang dilakukan oleh Nabi Dāwūd ini juga dikonfirmasi dalam Al-Qur’an dan ada penegasan bahwa Allah telah menerima sujud Nabi Dawūd tersebut dan mengampuni beliau. Allah berfirman,
Artinya,
“Maka dia (Dāwūd) memohon ampun kepada Rabbnya dan tersungkur sujud serta kembali. Maka Aku mengampuninya.” (Q.S. Shaad: 24-25)
***
Pertanyaan yang paling membuat penasaran justru begini,
“Ada kejadian apa yang membuat Nabi Dawud merasa bersalah besar sehingga beliau bersujud untuk bertobat?”
Nah, ini yang tidak diterangkan secara lugas dalam Al-Qur’an maupun hadis sahih.
Tidak ada rincian kisahnya bagaimana, kesalahan apa yang dilakukan Nabi Dawud, dan apa yang membuat beliau merasa melakukan kesalahan sangat besar itu.
Al-Qur’an hanya memberi isyarat dan perumpamanan tapi tidak menerangkan kejadian detailnya.
Hadis juga menyebut Nabi Dawūd bersujud untuk bertobat, tapi tidak menyebut peristiwa spesifik yang mendorong beliau untuk melakukan sujud tersebut.
***
Adapun jika bertumpu pada riwayat-riwayat Israiliyyat, maka kejadiannya menurut salah satu versi yang ditulis oleh al-Qurṭubī ringkasnya adalah sebagai berikut.
Suatu hari Nabi Dāwūḍ sangat termotivasi dengan sejarah kesalihan Nabi Ibrahim, Nabi Ishāq dan Nabi Ya’qūb. Beliau ingin diuji seperti nabi-nabi tersebut lalu lulus ujian, kemudian mendapatkan kemuliaan besar seperti yang didapatkan oleh mereka. Nabi Dāwūd pun berdoa.
Allah mengabulkan dan memberitahu bahwa hari ujian itu telah ditentukan pada bulan tertentu di hari tertentu. Nabi Dāwud diminta bersiap-siap.
Di hari yang ditetapkan, Nabi Dāwūḍ bertekad menghabiskan waktu dalam mihrabnya untuk beribadah dan bertilawah membaca Zabur.
Lalu tibalah ujian tersebut.
Seekor burung yang sangat indah masuk dalam mihrabnya. Nabi Dawud tergerak untuk memegangnya. Tapi burung itu menjauh. Nabi Dawud mengejarnya. Burung itu terbang ke arah jendela. Nabi Dawud mengejarnya dan hendak menangkapnya. Tapi burung itu terbang menjauh.
Lalu secara tidak sengaja beliau melihat seorang wanita yang sangat cantik sedang mandi. Beliau terpesona. Sampai muncul keinginan untuk menikahinya.
Wanita itu adalah istri Uria, salah satu prajurit handal Nabi Dawud.
Lalu Nabi Dawud memerintahkan Uria dikirim ke berbagai perang dan berada di barisan paling depan. Uria pun mati syahid.
Setelah selesai masa iddahnya, maka nabi Dawud menikahinya dan darinyalah lahir Nabi Sulaiman.
***
Lalu Allah menegur Nabi Dawud dengan mengirimkan dua malaikat yang berperan sebagai dua orang yang berselisih.
Satu orang memiliki seekor domba, sementara yang lain memiliki 99 domba. Yang punya 1 ekor mengadukan yang punya 99 ekor karena dia ingin merampas punyanya agar genap menjadi 100 ekor.
Nabi Dawud marah dengan keserakahan pemilik 99 ekor, lalu mengatakan bahwa pemilik 99 kambing itu layak untuk dirobek tubuhnya mulai dari hidung sampai dadanya. Setelah itu malaikat yang meyamar itu mengatakan bahwa Dāwūd melakukan yang serupa dengan itu saat menikahi istri Uria.
Dari situlah Nabi Dāwūd merasa bahwa Allah mengirim malaikat untuk menasihatinya. Maka seketika itu juga beliau jatuh tersungkur bersujud dalam rangka bertobat selama 40 hari!
Lalu Allah menerima tobatnya.
***
Hanya saja karena berita ini asalnya Isrā’iliyyāt, maka tidak semua ulama menerimanya.
Ada yang menerimanya, tapi banyak juga yang menolaknya karena bertabrakan dengan prinsip kemaksuman para nabi.
Ibnu Katsīr memilih membatasi diri pada lafal Al-Qur’an, menolak seluruh israiliyyat dan menyerahkan ilmu yang benar hanya kepada Allah saja.
***
Apapun kejadian yang sebenarnya terjadi pada Nabi Dāwūd, yang jelas riwayat nabi Dāwuḍ bersujud selama 40 hari karena kesalahan dan penyesalannya adalah riwayat yang luar biasa untuk memberi teladan kepada kita tentang makna ketangguhan dan kesungguhan dalam meminta ampun kepada Allah.
Oleh karena itu saat sujud tilawah, kita meminta Allah supaya menerima sujud kita sebagaimana Allah menerima sujud Nabi Dawud yang beristighfar dan bertobat kepadaNya. Karena kita sadar, dosa dan kesalahan kita sudah pasti berlipat-lipat dan jauh lebih buruk dari apapun yang dilalukan oleh seorang nabi.
28 Muharram 1445 H/ 15 Agustus 2023 pukul 20.27