Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Orang yang diuji dipisahkan paksa dengan orang yang dicintainya, apalagi pelakunya orang dekat, sesungguhnya telah mengalami ujian yang dialami salah seorang Nabi Allah.
Sedih boleh, menangis tidak tercela, menahan geram dan amarah juga manusiawi.
Selama tetap tabah, tangguh, sabar, menjaga lisan, tidak bermaksiat dan konsisten beramal saleh, insya Allah akan datang suatu hari di mana Allah meninggikan derajatnya dengan cara yang dikehendaki-Nya.
Seperti Nabi Ya’qūb.
Beliau diuji perpisahan dengan putra yang paling dicintai dan disayanginya, yakni Nabi Yusuf.
Pelakunya adalah putra-putranya sendiri!
Orang yang paling dekat dan hamba Allah yang semestinya paling membaiki dan berbakti kepada ayahnya.
Puluhan tahun beliau menanggung kesedihan itu dan menangis terus-terusan. Sampai-sampai buta mata beliau karena tangisan kesedihan itu.
Allah berfirman,
Artinya,
“Dia (Ya‘qub) berpaling dari mereka (anak-anaknya) seraya berkata, “Alangkah kasihan Yusuf,” dan kedua matanya menjadi putih karena sedih. Dia adalah orang yang sungguh-sungguh menahan (amarah dan kepedihan).”
29 Agustus 2023/ 12 Safar 1445 H pukul 16:57