Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Namanya Ṣadūf binti al-Muḥayyā (صَدُوْفُ بِنْتُ الْمُحَيَّا).
Seorang wanita kaya dan bangsawan di kalangan kaum Tsamūḍ.
Entah cara pikir seorang wanita itu bagaimana, kadang-kadang saya juga kurang mengerti.
Wanita ini sudah punya suami baik-baik, tapi sepertinya demi kepentingan bisnisnya dia rela bercerai dengan suaminya tersebut lalu menawarkan dirinya kepada lelaki lain demi mengamankan bisnis.
***
Setelah peristiwa keluarnya unta besar bunting dari batu, kaum Tsamūḍ memang gempar.
Banyak di antara mereka jadi percaya kepada Nabi Ṣāliḥ, walaupun mayoritas tetap dalam keragu-raguan.
Mereka ingin membantah, tapi masalahnya akal mereka sendiri tidak bisa menjelaskan bagaimana bisa dari sebuah batu besar bisa lahir unta.
Oleh karena itu, ketika Nabi Ṣāliḥ menyampaikan pesan Allah tentang aturan tentang penggunaan air minum sumur, bahwa sehari hak unta mukjizat sementara sehari berikutnya hak masyarakat, mereka manut juga. Khawatir unta itu memang benar-benar dari Allah sehingga jika aturan itu tidak diikuti, maka maka akan mendapatkan bencana.
***
Tapi, lama-lama mereka merasa bahwa penggunaan air sumur dengan aturan tersebut menimbulkan problem suplai air.
Mungkin mereka pernah mengalami kehabisan air untuk masak, atau air untuk minum, atau air untuk mencuci, atau air untuk mandi, lalu ketika butuh air ternyata hari tersebut adalah giliran unta mukjizat. Jadinya mereka sehari menggerutu dan bersabar sehari. Mungkin juga bagi para peternak seperti mereka pernah kehabisan air sampai ternaknya menjadi kehausan sehingga banyak yang mati.
Satu dua kali mungkin mereka masih bisa menahan diri. Tapi ketika terjadi berkali-kali, akhirnya jadilah opini umum bahwa unta Nabi Ṣāliḥ itu adalah sumber masalah hidup mereka selama ini.
Berkali-kali mereka mengadakan pertemuan.
Berkali-kali mereka mengadakan rapat.
Mungkin setelah saling bertukar pendapat itu, mulailah mereka punya pikiran bahwa unta Nabi Ṣaliḥ itu hanyalah unta biasa. Bukan unta mukjizat. Buktinya dia makan minum biasa. Dia juga melahirkan secara normal. Bunyi raungannya juga sama seperti unta lainnya. Tidak ada keajaiban seperti bisa berbicara, atau keluar sinar, atau kesaktian apapun yang membuat mereka tetap percaya bahwa itu unta dari Allah.
Apalagi anak-anak muda yang tidak pernah melihat sendiri bagaimana proses unta itu keluar dari batu. Yakni peristiwa yang hanya bisa disaksikan oleh generasi tua mereka yang mungkin sudah banyak yang wafat. Jadi, mulai timbul keraguan. Mulai curiga bahwa itu hanyalah dongeng saja. Mulai berfikiran buruk bahwa unta itu hanyalah trik atau sihir dari Nabi Ṣālih untuk menguasai kaumnya dan memegang kekuasaan politik pada kaumnya.
Lapisan tokoh dan orang-orang kaya adalah strata sosial yang paling berkepentingan untuk menyingkirkan unta Nabi Ṣāliḥ itu. Mungkin mereka yang paling merasakan dampak menyusahkan sistem suplai air dengan bergiliran bersama unta seperti itu. Mungkin ternak mereka banyak yang mati, sering merugi dan membuat bisnis mereka tidak bisa berkembang.
Salah satu wanita yang sangat berambisi membunuh unta Nabi Ṣāliḥ adalah Ṣadūf binti al-Muḥayyā.
Agar bisa membayangkan bagaimana wajahnya, contoh rekrontruksi wajah wanita Tsamūḍ saya tampilkan dalam video berikut ini.
Dia bahkan rela mengorbankan rumah tangganya, bercerai dengan suaminya, lalu menawari seorang lelaki untuk menjadi suaminya asalkan mau membunuh unta Nabi Ṣāliḥ itu. Lelaki itu menyanggupi dan membantu Qudār bin Sālif dalam mengeksekusi.
Akhirnya kaum Tsamūḍ dibinasakan Allah tepat 3 hari setelah unta mukjizat tersebut terbunuh.
CATATAN
Ada beberapa versi nama Ṣadūf ini. Sebagian kitab mencetaknya dengan nama ṣadūf (صَدُوْفُ), ada yang menuliskan Ṣādūq (صَدُوْقُ) dan ada juga yang menuliskannya Ṣādūqah (صَدُوْقَةُ). Perlu penelitian manuskrip dan kitab-kitab tarājim untuk memastikan mana pelafalan yang benar.
17 September 2023/ 27 Safar 1445 H pukul 16:33