Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Salah satu aib yang dicela dalam pembuatan syair Arab adalah īṭā’ (الإيطاء).
Apa itu īṭā’?
Makna īṭā’ adalah Tikrāru al-Qāfiyah (تِكْرَارُ القَافِيَةِ), yakni pengulangan qāfiyah alias pengulangan rima.
Contoh īṭā’ pada penyair besar yang dikritik oleh para kritikus syair Arab adalah yang dibuat oleh al-Nābigah al-Żubyānī. Dalam satu bait, al-Nābigah menutup qāfiyahnya dengan lafaz al-Sārī,
Tapi baru melewati 3 bait al-Nābigah sudah menggunakan qāfiyah al-sārī lagi,
Īṭā’ dianggap aib karena mengesankan penyair miskin kosakata sampai harus mengulang dua kata yang sama padahal jaraknya berdekatan.
***
Kalau begitu apakah al-‘Imrīṭī dalam bait-14 melakukan īṭā’ karena mengulang kata ginā?
Nah, di sini ada ikhtilaf.
Ibnu ‘Anqā; menegaskan: Ya, al-‘Imrīṭī memang melakukan īṭā’ dan itu kelemahan beliau dalam nazham ini. Muafa: jika pendapat Ibnu ‘Anqā diikuti, maka ini menunjukkan seindah apapun karya manusia, maka pasti tidak sempurna. Tidak seperti Al-Qur’an kalamullah yang sempurna.
Tapi sebagian ulama yang lain membela dengan mengatakan itu bukan īṭā’.
Alasannya yang satunya tanpa alif lam, sementara satunya pakai alif lam.
Jadi maknanya beda sehingga tidak masuk definisi īṭā’.
Kajian mendalam bait ke-14 selengkapnya silakan di KANAL MUNTAHA. Atau di sini.
16 November 2023/ Jumādā al-Ūlā 1445 H pukul 14.02