Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Apa bedanya ṣadīq (الصَّدِيْقُ) dengan khalīl (الخَلِيْلُ)?
Makna khalil sama dengan ṣadīq, hanya saja ada tambahan spesifikasi yakni ada unsur cinta yang seakan-akan sampai meresap ke seluruh anggota tubuh. Al-Bājūrī berkata,
Artinya,
“Khalīl adalah orang yang gembira karena kegembiraanmu dan bersedih karena kesedihanmu dan meresap rasa cintanya kepadamu pada seluruh anggota tubuhmu” (Fatḥu Rabbi al-Bariyyah, hlm 20)
Jadi, khalil secara bebas boleh diterjemahkan TEMAN YANG SANGAT AKRAB, sampai level cintanya meresap ke seluruh anggota tubuh yang membuat seolah semua rahasia teman diketahui olehnya.
Namanya cinta, berarti akan marah jika sampai ada yang mengkritik yang dicintainya apalagi dianggap merendahkannya. Juga semua nasihatnya dianggap benar karena saking percayanya. Se-batil dan se-menyesatkan apapun pikiran dan nasihat tersebut.
***
Sekarang kita bisa lebih mengerti jika Al-Qur’an memerintahkan kita untuk berhati-hati dalam memilih kawan yang sampai ke level khalīl,
Artinya,
“Oh, celaka aku! Sekiranya (dahulu) aku tidak menjadikan si fulan sebagai khalīl”. (Q.S. Al-Furqān: 28)
Artinya, Al-Qur’an menasihati kita hati-hatilah memilih kawan akrab dan komunitas.
Sebab ia bisa menyesatkanmu.
Yang membuatmu bisa menyumpah-nyumpah dan memaki-maki di hari kiamat, di saat semua serapah tak ada gunanya lagi.
Kawan terbaik adalah yang membuat kita tambah ilmu, tambah takwa, tambah kenal Allah, tambah cinta Rasulullah ﷺ, makin zuhud, makin rindu akhirat dan makin semangat dalam menyucikan jiwa.
***
Dalam kajian sharaf bait ke-16 nazham al-‘Imrīṭī saya menjelaskan lebih detail apa bedanya ṣadīq (الصَّدِيْقُ), khalīl (الخَلِيْلُ), ḥabīb (الحَبِيْبُ) dan ṣāḥib (الصَّاحِبُ).
Silakan dinikmati selengkapnya di KANAL MUNTAHA. Atau di sini.