Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
dr. Muhammad ‘Ali Abū Rayyan menolak secara total penisbahan kitab Misykāt al-Anwār (مشكاة الأنوار) kepada al-Gazzālī. Menurutnya, itu adalah karangan orang lain yang dipalsukan atas nama al-Gazzālī. Alasannya, beliau telah melakukan komparasi antara kitab Iḥyā’ Ulūmiddīn dengan kitab Misykāt al-Anwār, kemudian menemukan kontradiksi-kontradiksi yang memustahilkan kitab Misykāt al-Anwār dikarang oleh al-Gazzālī. Kajian filologi juga dipandang beliau menguatkan kesimpulan tersebut. Lihat kitab Tārīkh al-Fikr al-Falsafi fī al-Islām hlm 492 pada catatan kaki untuk membaca analisis beliau.
Masalahnya, Misykāt al-Anwār sudah cukup terkenal memang di karang oleh al-Gazzālī sejak zaman dulu. Dr. Abū ‘Alā al-‘Afīfī yang mentahkik kitab itu termasuk yang menegaskan bahwa kitab tersebut memang dikarang oleh al-Gazzālī.Rasyid Ridha juga menisbahkan kitab itu kepada al-Gazzālī.
Ḥājī Khalīfah dalam Kasyfu al-Ẓunūn, nampaknya meragukannya. Beliau menulis judulnya dengan nama Misykāt al-Anwār wa Miṣfāt al-Asrār, tapi beliau malah menyebut pengarangnya adalah salah seorang sufi! Artinya beliau juga tidak memberi keyakinan bahwa kitab itu dikarang oleh al-Gazzālī.
Oleh karena itu, kita menjadi bertanya-tanya, “Sebenarnya Misykāt al-Anwār itu beneran kitab yang dikarang al-Gazzālī ataukah dicatutkan saja?”
***
Nampaknya pendapat yang paling adil adalah mengatakan,”Benar itu kitab yang dikarang al-Gazzālī, hanya saja musuh-musuh beliau dan para pendengki beliau memasukkan pemikiran-pemikiran sesat yang tidak pernah ditulis oleh beliau”.
Dasar dari kesimpulan ini adalah karena ditemukan tulisan al-Gazzālī yang ditulis dalam bahasa Persia yang menegaskan bahwa beliau mengakui pernah menulis kitab berjudul Misykāt al-Anwār. Hanya saja setelah beliau terkenal dan dunia berduyun-duyun mendekati beliau, sejumlah pendengki ingin nebeng tenar lalu memasukkan sejumlah pemikiran rusak pada kitab Misykāt al-Anwār, kemudian naskahnya dibawa ke al-Gazzālī dan minta ijazah pada sampulnya. Jadi al-Gazzālī berlepas diri dari orang-orang seperti itu. Tulisan al-Gazzālī dalam bahasa Persia itu telah diterjemahkan dengan judul Faḍā’il al-Anām min Rasā’il Ḥujjati al-Islām. Silakan dibaca hlm 45.
Jika benar seperti ini kondisi kitab Misykāt al-Anwār, maka yang berhati-hati adalah tidak menisbahkan pemikiran apapun dalam kitab tersebut kepada al-Gazzālī sebelum tahu kesesuaiannya dengan pemikiran al-Gazzālī yang populer dalam kitab lainnya.
Terutama yang harus diwaspadai adalah menisbahkan pemikiran-pemikiran tasawuf falsafi kepada al-Gazzālī. Mustahil yang seperti itu ditulis al-Gazzālī karena beliau sendiri mengingatkan bahaya mencampur tasawuf dengan filsafat, bahkan menulis kitab khusus untuk menjelaskan kapan filsafat itu bisa mengkafirkan dan membid’ahkan.
29 Januari 2024/ 18 Rajab 1445 H pukul 11.36