Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Riwayat sahih dari ‘Izzuddīn bin ‘Abdussalām justru mencela dan mengecam keras Ibnu ‘Arabī.
Kata ‘Izzuddīn bin ‘Abdussalām, Ibnu ‘Arabī itu syaikh bejat, pendusta, berpendapat seperti pendapat filsuf yang meng-qadim kan alam, dan menghalalkan perzinaan. Al-Żahabi menukil ucapan beliau sebagai berikut,
Artinya,
“Beliau (Izzuddīn bin ‘Abdussalām ) berkata tentang Ibnu ‘Arabī: Syaikh bejat, pendusta, berpendapat alam itu qadim dan tidak mengharamkan kemaluan wanita-ajnabi-” (Siyar A’lām al-Nubalā’, juz 23 hlm 49)
Ucapan ‘Izzuddīn bin ‘Abdussalām ini diriwayatkan dengan sanad sahih muttaṣil oleh ulama-ulama besar.
al-Żahabī punya sanad jelas, al-Ṣafadī juga punya sanad jelas, al-Fāsi juga punya sanad jelas, demikian pula al-Biqā’ī.
Saya tuliskan contoh sanad al-Biqā’ī.
Al-Biqā’ī diberitahu (dengan redaksi ḥaddatsanā) oleh ‘Imāduddīn Ismā’īl bin ‘Umar bin Katsīr, beliau diberitahu (dengan redaksi ḥaddatsanī) oleh Taqiyyuddīn Abū al-ḥasan ‘Alī bin ‘Abdul Kāfī al-Subkī, beliau diberitahu (dengan redaksi ḥaddatsanā) oleh Ibnu Daqīqī al-‘īd/Taqiyyuddīn Abū al-Fatḥ Muḥammad bin ‘Alī al-Qusyairī, beliau bertanya kepada ‘Izzuddīn bin ‘Abdussalām dengan redaksi sa’altu..dst (lalu masuk matan riwayat).
Sanad-sanad tersebut masih dikuatkan dengan riwayat melalui wijādah (الوجادة) oleh sejumlah ulama, yakni menemukan tulisan tangan ulama yang memiliki sanad riwayat tersebut. Misalnya seperti yang dinyatakan oleh al-Żahabī dengan ungkapan “Wa naqaltuhū min khaṭṭi Abī al-Fatḥ Ibni Sayyidi al-Nās...”
Jadi riwayat ucapan ‘Izzuddīn bin ‘Abdussalām yang mengecam Ibnu ‘Arabī jelas sahih dan jelas bisa dipegang.
***
Adapun riwayat pujian ‘Izzuddīn bin Abdussalām terhadap Ibnu Arabi yang mengatakan bahwa Ibnu ‘Arabi itu wali quthub, juga bahwa ‘Izzuddīn bin Abdussalām mengecam Ibnu ‘Arabī hanya untuk menjaga syariat, maka itu riwayat tanpa sanad. Jadi levelnya adalah desas-desus, bukan riwayat sahih.
Oleh karena itu, al-Fāsi menduga kuat bahwa itu diciptakan secara dusta oleh pengagum ibnu Arabi, lalu riwayat tersebut diterima sebagian ulama secara husnuzan tanpa meneliti kembali validitasnya. Al-Fāsī berkata,
Artinya
“Saya menduga dengan dugaan kuat bahwa kisah ini (pujian ‘Izzuddīn bin Abdussalām terhadap Ibnu Arabi) adalah fabrikasi sufi ekstrim yang meyakini (kewalian) Ibnu ‘Arabī. Lalu kisah tersebut menyebar kepada orang-orang baik, kemudian mereka menerimanya atas dasar prasangka baik” (al’Iqdu al-tsamīn, juz 2 hlm 290)
Keliru juga jika mengatakan bahwa ‘Izzuddīn bin Abdussalām telah “menasakh” kecamannya terhadap Ibnu ‘Arabi. Sebab riwayat yang tidak sahih tidak bisa menasakh riwayat sahih, sebagaimana hadis palsu tidak bisa menasakh hadis sahih. Lagipula ‘Izzuddīn bin Abdussalām mengecam Ibnu ‘Arabi justru setelah kematian Ibnu Arabi. Padahal riwayat pujian itu terjadi saat ibnu Arabi masih hidup. Ini menunjukkan justru kecamanlah yang menasakh pujian jika diasumsikan riwayat pujian itu sahih.
***
Kesimpulannya: riwayat celaan Izzuddīn bin Abdussalām terhadap Ibnu Arabi adalah riwayat sahih. Sementara riwayat pujian Izzuddīn bin Abdussalām terhadap Ibnu Arabi adalah riwayat yang tidak sahih karena tidak bersanad, bahkan diduga kuat sengaja dipalsukan.
Oleh karena itu itu, lebih kuat dan lebih bertakwa jika kita berpegang kepada riwayat yang sahih dan meninggalkan riwayat yang tidak sahih. Seperti saat kita behadapan dua klaim hadis Nabi ﷺ, satunya sanadnya bersih seperti sanad al-Bukhārī, sementara satunya tanpa sanad. Maka tentu kita terima adalah yang bersanad bersih dan menolak yang tidak bersanad. Wallahu a’lam.
23 Februari 2024/ 13 Sya’ban 1445 H pukul 10.51