Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Sebenarnya nikmat terbesar dari Allah selama kita masih diuji di alam dunia ini adalah mendapatkan maghfirah/ampunan (الْمَغْفِرَةُ) dan rahmat (الرَّحْمَةُ) Allah.
Apa maknanya punya rumah banyak tetapi dimurkai Allah?
Apa maknanya punya tabungan bermilyar-miliar tetapi dibenci Allah?
Apa maknanya punya gelar bertumpuk tetapi tidak disukai Allah?
Apa maknanya punya properti di berbagai tempat tetapi disiksa di alam kubur?
Apa maknanya populer dan dipuja manusia tetapi di sisi Allah dia dihinakan dan disiksa?
Apa maknanya bisa melihat arsy, alam malakut, dapat kasyaf, bahkan berbicara dengan Allah tetapi tidak mendapatkan rahmat Allah dan dilaknat oleh Allah sebagaimana Iblis?
***
Karena itulah, saat Aisyah bertanya kepada Rasulullah ﷺ mengapa kok beliau salat secara luar biasa hingga kaki pecah-pecah padahal sudah mendapatkan nikmat ampunan dosa baik yang terdahulu maupun yang akan datang, maka beliau menjawab justru ibadah beliau adalah untuk mensyukuri nikmat yang luar biasa besar itu.
Dari situ pula kita bisa paham, mengapa hamba-hamba Allah yang saleh, yang fakih betul dalam din, yang benar-benar kekasih Allah, permintaan terbanyak mereka tidak aneh-aneh dan meragam banyak, tetapi “simpel” saja, yakni minta maghfirah dan rahmat Allah.
Wali-wali Allah selevel Abu Bakar saat minta diajari doa Rasulullah ﷺ yang dibaca saat salat dan selama dalam rumah juga “simpel”. Yakni minta maghfirah dan rahmah.
“Ya Allah, sesungguhnya aku menzalimi diriku sendiri banyak sekali dan tidak ada yang mengampuni dosa kecuali Engkau. Maka ampunilah aku dengan ampunan dari sisi-Mu dan rahmatilah aku, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
4 Syawwal 1445 H/ 13 April 2024 pukul 21.39