Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Apa hikmah “terpaksa” berutang?
Supaya tetap rendah hati.
Karena tidak pernah utang terkadang menimbulkan perasaan bangga.
Merasa diri “sangat menjaga kehormatan”, benar-benar melaksanakan sifat iffah (العِفَّةُ) lalu dengan sangat halus menjalarlah perasaan lebih mulia daripada hamba Allah yang lain.
Maka perasaan seperti ini perlu ditekuk supaya rendah hati kembali, kemudian kondisi kehidupannya dipaksa supaya mau tidak mau harus berutang, meminta tolong, merendahkan hati dan menundukkan kepala kepada hamba Allah yang lain.
Supaya tahu bahwa dirinya sama sekali tidak ada istimewanya dibandingkan sesama.
***
Jika kita sanggup mencapai pengertian ini, seharusnya kita lebih waspada dengan hal lainnya yang memicu kebanggaan, lebih-lebih saat kita masih diuji punya utang.
Terutama kebanggaan materi.
Sebab sungguh kontradiktif saat Allah mendidik kita supaya rendah hati, sementara kita masih sempat membanggakan dunia kita yang lain.
Maksud supaya rendah hati menjadi tidak kena.
***
Apalagi kebanggaan palsu.
Yakni membanggakan sesuatu yang tidak kita miliki.
Misalnya kita dikagumi orang karena memakai mobil bagus, lalu kita bangga, padahal itu mobil rental!
12 November 2024 / 10 Jumadil Awal 1446 pada 08.52