Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Jawaban singkatnya adalah tidak benar.
Memang betul ada kitab yang dicetak sekitar tahun 2005-an dengan judul “al-Juz’u al-Mafqūd min al-Juz’i al-Awwal min al-Muṣannaf li al-Ḥāfiẓ al-Kabīr Abī Bakr ‘Abdir Razzāq ibn Hammām al-Ṣan’ānī”. Cetakan ini memuat riwayat Nur Muhammad untuk memberi kesan bahwa Abdur Razzāq memang meriwayatkannya.
Tapi ini palsu.
Jenis pencatutan.
Berdusta atas nama Abdur Razzāq.
Alasan singkatnya adalah karena cetakan tersebut didasarkan hanya pada SEBIJI manuskrip saja.
Itupun palsu.
Yah, sumber cetakannya hanya sebiji manuskrip saja.
Hanya satu dan tidak ada duanya di seluruh dunia.
Bagi pengkaji manuskrip kitab-kitab Islam, fakta satu ini saja sebenarnya sudah cukup untuk membangkitkan kecurigaan.
***
Kejadian sebenarnya kira-kira begini:
Manuskrip tersebut dibuat orang India sekitar tahun 2000-an. Lalu dikirim ke Isā al-Ḥimyarī yang memang dikenal sebagai pecinta ide Nur Muhammad. Walaupun sudah dinasihati dan dikritik oleh koleganya yang bernama Syaikh al-Kamadānī terkait keontetikan manuskrip, tetapi Isā al-Ḥimyarī tetap bersikukuh untuk mencetak dan mempublikasiannya dengan dibantu promosi syaikh Mamduh sebagai pemberi kata pengantar! Syaikh al-Kamadānī menilai usia manuskrip itu tidak lebih dari dua tahun. Jadi kelihatan sekali baru dibuat di abad 21 ini!
***
Beberapa tanda meyakinkan yang menunjukkan manuskrip tersebut palsu dan kedustaan atas nama Abdur Razzāq adalah,
- Isā al-Ḥimyarī dan orang India yang mengirim manuskrip itu ditantang menyebut naskah induk sumber salinan, tapi bilangnya sudah tidak ada. Katanya, sumber manuskrip adalah naskah yang ada di perpustakaan Uni Soviet, sementara perpustakaannya telah terbakar dalam perang dunia ke-1! Ini mirip alasan Madigol si pendiri JOKAM saat ditanya sanadnya lalu ngaku hilang di becak!
- Di akhir manuskrip ada keterangan bahwa naskah ditulis tahun 933 H, tapi di sisi lain bilangnya menyalin dari manuskrip perpustakaan Uni Soviet? Apa iya tahun 933 H sudah ada Uni Soviet?
- Di akhir manuskrip katanya ditulis tahun 933 dan ditekankan itu tahun hijriyah. Padahal penjelasan tahun hijriah hanya dikenal di akhir masa daulah ustmaniyyah! Para ulama sebelum muncul Utsmaniyyah terbiasa menulis tahun saja tanpa keterangan minal hijrah misalnya. Jadi keterangan tahun hijriyah justru membuktikan manuskrip itu ditulis di zaman modern ini
- Klaim ditulis di Bagdad tahun 933 H juga janggal karena tahun itu di sana ilmu hadis sudah lenyap dan sudah langka orang mencari hadis setelah Bagdad dihancurkan bangsa Tartar. Bahkan sudah berlalu 3 abad di mana perpustakaan Bagdad telah dihancurkan! Lagipula pakar hadis Bagdad yakni al-Sarrāj al-Qazwīnī (w.750 H) tidak pernah menyebut Muṣannaf Abdur Razzāq dalam marwiyyāt-nya sama sekali! Jika abad 8 H saja sudah tidak ada marwiyyāt Muṣannaf Abdur Razzāq lalu bagaimana bisa tiba-tiba “cling” muncul abad 10 H di Bagdad?!
- Penulis manuskripnya yang diklaim bernama Isḥāq bin Abdurraḥmān al-Sulaimānī adalah orang majhul! Tidak jelas biografinya, reputasinya dan karyanya
- Ditantang untuk memfoto/menscan manuskrip tersebut oleh kolega dekatnya agar semua ilmuwan di seluruh dunia bisa mengkaji dengan obyektif, tapi Isā al-Ḥimyarī menolak!
- Ditantang untuk diuji naskahnya di laboratorium tapi menolak! Padahal bukankah zaman sekarang sudah ada uji karbon untuk memastikan usia naskah manuskrip? Bukankah pakar khat di dunia jumlahnya banyak dan bisa diminta untuk melakukan peer-review dan memberi pendapat tulisan manuskrip tersebut termasuk tipe tahun/abad berapa?
- Manuskripnya tidak bersanad! Tidak ada informasi samā’āt! Padahal ini adalah tumpuan penting validitas manuskrip. Banyak manuskrip ditolak dan dianggap palsu jika tidak bisa membuktikan keotentikannya dengan sanad dan samā’āt
- Ḥājī Khalīfah menegaskan dalam Kasyfu al-Ẓunūn bahwa Muṣannaf Abdur Razzāq itu disusun dengan sistematika bab fikih. Jadi, ketika naskah yang ditemukan pada jilid pertama adalah tentang membasuh lengan, maka logisnya bab yang hilang adalah Bab Taharah. Bukan bab Nur Muhammad! Tidak logis ada bab Nur Muhammad disisipkan pada kitab hadis yang disusun dengan sistematika fikih. Ibnu Khair al-Isybīlī saat menukil dari Abū ‘Alī al-Gassānī tentang penamaan bab-bab dalam Muṣannaf Abdur Razzāq berdasarkan riwayat Ibnu al-A’rābī dari al-Dabrī, beliau memulai dari kitāb taharah, bukan kitab iman apalagi kitab Nur Muhammad! Tidak ada ulama sepanjang zaman yang belajar Muṣannaf Abdur Razzāq, menulis dan meriwayatkannya pernah menyebut ada bab Nur Muhammad di sana!
(bersambung ke bagian-2)
24 Januari 2024/ 13 Rajab 1445 H pukul 18.56