Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Orang saleh itu jika sudah wafat, lalu masih dicaci para pembenci dan dihinakan, maka itu bermakna Allah hendak terus menambahinya pahala yang mengalir.
Seperti Abu Bakar dan Umar.
Walaupun mereka sudah wafat, sampai hari ini masih ada saja pembenci di kalangan Syiah Rafidah yang terus mencaci dan menghinakannya. Maknanya, Allah menambahi terus pahala keduanya setelah terputusnya amal mereka dengan kematian.
Ini berlaku untuk seluruh Sahabat Nabi ﷺ yang lain yang juga dicaci setelah wafatnya mereka. Qultu: Termasuk yang semakna dengan mereka.
Al-Syāfi‘ī berkata,
Artinya,
“Tidaklah aku melihat manusia diuji dengan perbuatan mencaci Sahabat-Sahabat Rasulullah ﷺ kecuali karena Allah berkehendak menambah pahala mereka dengan cacian tersebut pada saat amal mereka sudah terputus.” (Manāqib al-Syāfi‘ī, juz 1 hlm 441)
***
Kesalehan yang dimaksud di sini adalah semua jenis kesalehan. Baik saleh individu maupun tokoh perubahan yang saleh. Sebab, terkadang individu juga dicaci karena dianggap egois dan individualis. Padahal amal itu dibagi oleh Allah dan tdk bisa dihomogenkan. Uwais al-Qarni tetap mulia di sisi Allah walaupun tidak pernah ikut berjuang bersama Nabi dalam perubahan.
Abdullah al-umari tetap orang saleh, walaupun hanya ibadah individu dan tidak berkontribusi ilmu seperti Imam Malik. Orang-orang di zaman Dajjal yang memilih uzlah dan pergi ke gunung-gunung tetap mulia, walaupun akhirnya tidak punya peran apapun untuk menghancurkan Dajjal.
28 Februari 2024/ 18 Sya’ban 1445 H pukul 08.45