Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin)
Apa penilaian Anda terhadap orang yang mengatakan, “Barang siapa berani menggatakan An-Nawawi salah, maka dia telah kafir!”
Sekilas melihat pernyataan itu, barangkali langsung muncul dibenak kita fikiran, “Ah, ini berlebihan. Melampaui batas. Ucapan yang tidak layak”.
Betul, saya setuju ucapan tersebut memang berlebihan. Tapi tahukah Anda siapa yang mengucapkannya?
Yang mengucapkannya ternyata bukan orang sembarangan, tetapi beliau adalah salah seorang tokoh besar di antara ulama-ulama Asy-Syafi’i. Nama beliau adalah Al-Yasufi (الياسوفي) yang wafat pada tahun 789 H. Nama lengkap beliau adalah Al-Hafizh Shodruddin Sulaiman bin Yusuf bin Muflih bin Abu Wafa’ Al-Yasufi. Ibnu Hajar Al-‘Asqolani menukil ucapan Al-Yasufi sebagai berikut,
Artinya,
“Aku, jika mendengar seseorang mengatakan, ‘An-Nawawi salah!’ maka saya meyakininya telah kafir.” (Ad-Duror Al-Kaminah, juz 2 hlm 311)
Keilmuan Al-Yasufi dalam mazhab Asy-Syafi’i diakui Ibnu Hajar Al-‘Asqolani dengan memujinya dengan kata-kata “tamahharo” (menjadi mahir/ahli/cakap). Ibnu Hajar Al-‘Asqolani berkata,
Artinya,
“Beliau (Al-Yasufi) serius memperlajari fikih dan menimba ilmu dari ‘Imaduddin Al-Husbani, termasuk ulama-ulama Asy-Syafi’i yang ada (di zaman itu) sampai beliau menjadi mahir/pakar.” (Ad-Duror Al-Kaminah, juz 2 hlm 311)
Hanya saja, meskipun beliau berilmu mendalam terkait mazhab Asy-Syafi’i, akan tetapi ucapan beliau yang memuji An-Nawawi sampai level seperti itu tetaplah berlebihan.
Tidak ada manusia yang maksum dan bebas kesalahan betapapun tinggi kedudukannya dalam ilmu dan amal.
Para Shahabat yang merupakan wali-wali Allah terbaik setelah Nabi Muhammad ﷺ saja tetap melakukan sejumlah kesalahan. Apalagi umat beliau yang kedudukannya di bawah para Shahabat. Hanya nabi dan rasul saja yang maksum dan bebas dari kesalahan. Oleh karena itu, tidak selayaknya orang yang menyalahkan An-Nawawi divonis kafir.
Akan tetapi, ditinjau dari sisi keilmuan, sesungguhnya pernyataan Al-Yasufi di atas adalah cerminan penghargaan Al-Yasufi terhadap keilmuan An-Nawawi yang mencapia level sangat tinggi. Tidak mungkin muncul pernyataan pujian setinggi itu (apalagi dari orang yang pakar dalam bidang ilmu yang sama) kecuali memang yang memuji itu tahu betul obyek yang dipujinya. Dan memang benar. Jika kita jujur, obyektif dan ilmiah, semestinya kita setuju untuk menempatkan An-Nawawi di posisi keilmuan yang sampai hari ini akan tetap sangat sulit untuk terkejar.
Salah satu bukti yang menunjukkan hal ini adalah kasus Al-Isnawi (w. 772 H).
Kita tahu, Al-Isnawi adalah salah satu ulama agung mazhab Asy-Syafi’i yang mengarang syarah terhadap kitab Roudhotu Ath-Tholibin yang bernama Al-Muhimmat fi Syarhi Ar-Roudhoh wa Ar-Rofi’i. Kitab syarah ini bisa kita katakan syarah kritis. Al-Isnawi bukan hanya mensyarah tetapi juga mengoreksi beberapa hal yang dianggap beliau kesalahan dari An-Nawawi.
Apa akibatnya?
Al-Isnawi dihujani kritikan, kecaman dan bantahan dari banyak ulama. Lahir banyak kitab yang membongkar kesalahan kritikan Al-Isnawi terhadap An-Nawawi. Anda bisa membaca bab khusus dalam buku saya yang berjudul “Mengenal Kitab Roudhotu Ath-Tholibin” untuk mengetahui daftar buku apa saja yang mengkritik Al-Isnawi itu. Beberapa ulama bahkan mensifati beliau sedang ber-ta’annut (mencari-cari kesalahan) An-Nawawi. Akhirnya, meskipun kitab Al-Muhimmat tetap menjadi karya kritis berharga dalam sejarah perkembangan mazhab Asy-Syafi’i, akan tetapi kritikan-kritikan Al-Isnawi di dalamnya tidak dianggap dan tidak menjadi rujukan untuk mengetahui pendapat mu’tamad mazhab Asy-Syafi’i.
Semua ini membuktikan setinggi apa ketelitian, kejelian dan ketajaman keilmuan An-Nawawi. Bukan berarti An-Nawawi bersih maksum tanpa cela. Ada beberapa kasus tahrir beliau yang dipandang ghoflah atau waham oleh para peneliti-peneliti muataakhirin ulama Asy-Syafi’iyyah. Akan tetapi, ghoflah dan zallah An-Nawawi itu dibandingkan keakuratan hasil tahrir beliau yang jumlahnya sangat melimpah adalah bagiaikan setitik tinta di tengah-tengah danau yang luas.
اللهم اجعلنا من محبي العلماء الصالحين
***
SUMBER
Dikutip dan disadur dari buku saya; AN-NAWAWI SANG WALI DAN KARYA-KARYANYA bab “Pujian Ulama terhadap An-Nawawi”
Resensi lengkap buku AN-NAWAWI SANG WALI DAN KARYA-KARYANYA bisa dibaca di tautan ini.