Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin)
Seorang hamba jangan pernah menyangka bahwa jika Allah telah memuliakannya dengan karāmah, menganugerahinya dengan ilmu tinggi dan menyingkapkan tirai gaib kepadanya lalu itu menjadi pertanda bahwa dia wali Allah dan kekasihNya yang pasti selamat dari dosa dan aman dari tipuan Iblis.
Lihatlah ayah kita, Adam.
Beliau adalah hamba Allah yang paling berilmu di langit, diizinkan bercakap-cakap langsung dengan Allah, dan dihormat-sujudi para malaikat yang suci. Walau demikian beliau terjatuh juga pada dosa dan tertipu oleh Iblis!
Padahal sudah diingatkan!
Padahal sudah diwanti-wanti!
Ini menunjukkan bahwa Iblis mengetahui titik-titik lemah pada anak Adam, sehingga tidak pernah putus asa untuk menyesatkan manusia sebanyak-banyaknya. Tidak peduli setinggi apapun ilmunya dan “sewali” apapun dia.
Seorang hamba harus selalu merasa lemah di hadapan Allah dan selalu merasa butuh pertolongan-Nya agar selalu bisa menaatiNya dan selalu istiqamah dijalan-Nya.
Artinya,
23. “Ya Tuhan kami, kami telah menzalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.” (Al-A’raf/7:23)