Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin)
Di antara riwayat menarik yang mencerminkan durasi salat tarawih di masa tabi’in di sampaikan oleh Al-Hasan. Abdur Rozzaq berkata dalam mushonnafnya,
Artinya :
“Dari Ma’mar dari Mathor dari Al-Hasan beliau berkata; ‘Orang-orang salat malam di bulan Ramadhan. Mereka salat Isya’ ketika ¼ malam telah berlalu, dan pulang (setelah melakukan salat isya dan tarawih) sementara tersisa ¼ malam yang lain” (Mushonnaf Abdur Rozzaq, juz 4 hlm 263)
Definisi malam secara bahasa adalah waktu antara terbenam matahari sampai terbit matahari.
Definisi malam secara syar’i adalah waktu antara terbenam matahari sampai terbit fajar subuh.
Jika kita pakai ukuran malam di Malang, Jawa Timur, pada tanggal 1 Ramadhan 1438 H, waktu maghrib adalah pukul 17.20 dan waktu subuhnya pukul 04.15. Berarti rentang waktu malam pada tanggal tersebut adalah 10 jam 55 menit atau 655 menit.
Jika dikatakan ¼ malam, maka hal ini bermakna 655 menit dibagi 4, yaitu 163,75 menit.
Salat isya’ dilakukan setelah lewat ¼ malam pertama. Artinya, salat isya’ di waktu itu dilakukan kira-kira jam 17.20 + 163,75 menit = 20.03
Jika di asumsikan salat isya kira-kira 30 menit, berarti tarawih dimulai sekitar jam 20.33.
Salat tarawih dilakukan sampai tersisa ¼ malam terakhir. Artinya Salat tarawih berakhir kira-kira jam 04.15 -163,75 menit= 01.32
Jadi durasi salat tarawih di zaman tabi’in kira-kira mulai jam 20.33-01.32 dini hari atau kira-kira 4 jam 59 menit!
Subhanallah!
Jika seperti ini ibadah generasi salih di masa lalu, di mana posisi kita?
NB: Lebih akurat adalah menghitung ukuran malam di daerah Al-Hasan hidup.
Sumber disini